Saturday 5 November 2016

Ahok, Menistakan Agama atau Tidak?

       Akhir September 2016, publik digemparkan oleh video Ahok di Kepulauan Seribu yang dianggap menistakan Al-Quran. Saat itu, Ahok sedang kunjungan ke Pulau Pramuka, Kep. Seribu untuk menyampaikan pidato dan gagasan mengenai pembangunan di Pulau tersebut. Namun, selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba munculah berita dari media sosial mengenai pernyataan Ahok saat menyebutkan Surat Alamidah 51, dimana pernyataan beliau dianggap menistakan Al-Quran. Hal ini pun kemudian menjadi viral dimana-mana dan menimbulkan kegaduhan antar bangsa dan bernegara.
          Awal mulanya, keadaan baik-baik saja setelah kunjungan Ahok ke Kepulauan Seribu tersebut. Baik media televisi maupun wartawan-wartawan lain yang berada di lokasi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, yang memicu awal kekisruhan adalah saat akun facebook bernama Buni Yani yang kemudian menyebarkan potongan video tersebut bukan dalam versi aslinya. Versi yang disebarkan oleh Buni Yani merupakan potongan video Ahok saat mengucapkan Surat Almaidah 51 tersebut, namun ada kata yang dihilangkan oleh beliau. Dalam versi asli video Ahok, beliau menyebutkan seperti berikut, “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu gak bisa milih saya, ya kan dibohongi “pake” Surat Almaidah 51 macem-macem itu. Itu hak Bapak Ibu”. Namun, dalam versi editan Buni Yani, beliau menghilangkan kata “pake” dalam rekaman video tersebut. Tentu hal ini membuat makna pernyataan tersebut menjadi berbeda.
          Cobalah dengan hati yang tenang dan pikiran yang damai, kita menanggapi maksud pernyataan Ahok. Apabila kita memahami baik-baik maksud perkataan tersebut, kita sama sekali tidak melihat ada unsur penistaan Al-Quran yang dilakukan oleh beliau. Disana jelas, terdapat kata “pake” atau dalam kata bakunya “memakai”, artinya adalah Bapak Ibu jangan mau dibohongi oleh segelintir orang-orang yang memakai Surat Almaidah 51 untuk menjadi alasan tidak memilih Ahok. Lalu, apabila saya bertanya, berarti yang salah dalam pernyataan itu, apakah segelintir orang yang memakai Surat tersebut atau Surat itu sendiri?
Saya kasih contoh yang serupa dengan hal tersebut. Yanto dibohongi pake surat panggilan tersebut. Lalu, apabila saya bertanya, berarti yang berbohong siapa? Yang membohongi Yanto atau surat panggilannya? Beda konteksnya apabila kata “pake” saya hilangkan. Maknanya menjadi Yanto dibohongi oleh surat panggilan tersebut, karena surat tersebut palsu! Cobalah untuk disimak baik-baik.
           Jelas hal ini kemudian disalah-tafsirkan oleh berbagai kalangan. Apalagi karena akun facebook Buni Yani tersebut yang menyebarkan potongan video yang sudah diedit dari versi aslinya. Tentu hal ini membuat gaduh antar umat beragama dalam bangsa ini. Beberapa kalangan mulai memperdebatkan hal ini dan satu per satu mulai angkat bicara. Mulai dari ulama-ulama, politisi, pejabat-pejabat negara, sampai masyarakat kecil. Beberapa ulama bahkan menganggap Ahok telah menistakan Al-Quran melalui pernyataannya tersebut. Sudah banyak bersebaran video-video sumpah serapah yang ditujukan oleh Ahok karena telah dianggap melecehkan Islam dan Al-Quran. Bahkan, mereka semua sudah sepakat untuk mengadakan demo besar-besaran pada tanggal 4 November 2016 di Jakarta dan daerah lainnya untuk menuntut Ahok supaya dibawa ke jalur hukum.
        Mengenai hal tersebut, Ahok pun meminta maaf atas pernyataannya tersebut yang telah membuat gaduh antar umat beragama. Dalam pernyataannya, Ahok mengatakan bahwa tidak ada maksud sama sekali untuk melecehkan Islam atau Al-Quran. Beliau bahkan sudah pernah sekolah Islam selama 9 tahun, mulai dari SD sampai SMP. Selain itu, pembangunan mesjid-mesjid juga dilakukan oleh Beliau dengan baik dan tepat. Sekolah-sekolah Madrasah juga dibantu dengan menggunakan KJP dan mengizinkan pembangunan sekolah-sekolah Islam. Ahok pun memohon kepada rakyat maupun semua umat Islam untuk tidak perlu melanjutkan masalah ini lagi, karena masalah beragama adalah urusan pribadi kita pada Tuhan, bukan untuk dibawa ke publik. Lalu, apakah masalah ini selesai begitu saja? Dan rakyat menerima permintaan maaf Ahok? Ternyata tidak. Kalangan tertentu seperti MUI dan ormas-ormas lainnya (salah satunya FPI) menuntut agar masalah Ahok segera diproses melalui jalur hukum.
       Tepat tanggal 4 November 2016 kemarin, aksi demo pun dilakukan besar-besaran untuk menuntut pemerintah agar mengadili Ahok melalui proses hukum. Massa yang sangat banyak jumlahnya ini datang dari berbagai daerah, seperti dari Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan lain-lain. Massa ini terdiri dari berbagai ormas-ormas Islam di seluruh Indonesia, salah satunya ormas yang sering membuat ricuh, yaitu FPI. Massa ini menyebut gerakan yang mereka lakukan sebagai “Aksi Damai”. Aparat kepolisian pun berjaga di sekitar lokasi unjuk rasa tersebut. Ada ribuan personil gabungan TNI dan Polri yang mengamankan daerah tersebut, dikarenakan massa yang berdemo juga berjumlah ribuan lebih banyaknya. Mereka melakukan aksi demonya setelah sholat Jumat di Mesjid Istiqlal, kemudian ke Balai Kota, dan ke Istana Negara.
       Unjuk rasa tersebut, sebelumnya telah disepakati untuk diakhiri pada pukul 18.00 WIB. Dari awal unjuk rasa, terlihat para ulama dan pemimpin demo mampu mengendalikan situasi sehingga demo berjalan dengan damai. Namun, kejadian yang tidak diinginkan terjadi setelah sebagian pendemo tidak mau membubarkan diri saat waktu sudah menunjukkan lewat pukul 18.00. Aksi pun mulai ricuh dan kepolisian sudah bersiaga untuk menghadang pendemo agar tidak merusak fasilitas umum. Sebagian pendemo tersebut membawa tongkat dan melempari botol-botol ke arah polisi. Kejadian pun mulai menjadi panas dan tidak karuan. Aksi damai yang dijanjikan berakhir dengan ricuh. Bahkan mobil-mobil dibakar oleh massa tersebut sehingga menimbulkan kobaran api yang begitu besar. Sambil meneriakkan “Allahuakbar”, mereka merusak fasilitas-fasilitas yang ada dan melempari polisi dengan botol dan batu.
      Mari kita kembali lagi pada awal cerita. Apa yang menyebabkan ini semua? Apakah karena pernyataan Ahok yang disalah-tafsirkan atau ini akal-akalan para pembenci Ahok atau malah karena ada unsur politik untuk menjatuhkan Ahok supaya tidak mengikuti Pilkada DKI nanti? Saya terus bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Karena setelah saya menonton versi full dari video Ahok itu 1 hari setelah di upload, saya tidak menemukan unsur penistaan agama yang dilakukan oleh beliau. Saya justru kaget melihat komentar-komentar dan berita yang heboh di media sosial setelah selang beberapa hari. Lalu saya menelisik lebih dalam, apakah benar orang seperti Ahok tega menistakan agama Islam?
          Lalu, setelah saya bertanya-tanya dalam hati, saya justru melihat hal yang membuat saya sangat heran dimana Ahok akan diadili oleh karena kasus tersebut. Saya pun bertanya kepada Tuhan, siapakah Tuhan yang berhak mengadili kasus tersebut? Apakah para ulama, pemuka agama, politisi yang berhak menghakimi dan mengadili kasus seperti ini? Bukankah Engkau, ya Tuhan yang seharusnya bertindak untuk mengadilinya? Karena soal Kitab Suci adalah Engkau sendiri yang menuliskannya, bukan para ulama dan pemuka agama lainnya. Lalu mengapa mereka yang marah? Mengapa mereka yang menghakimi? Apakah hak mereka untuk mengadili sesuatu yang seharusnya adalah bagian-Mu?
           Saya sangat tidak nyaman dengan reaksi yang dilakukan oleh pemuka agama tersebut, padahal Ahok secara terang-terangan sudah meminta maaf. Saya percaya dalam ajaran Islam pasti mengenal apa itu mengasihi dan mengampuni. Tidak mungkin ada ajaran agama, apalagi yang percaya kepada Tuhan, yang tidak mengajarkan tentang mengasihi. Saya percaya sepenuhnya ajaran Islam adalah mengajarkan kebaikan dan kedamaian. Tetapi karena ada beberapa oknum yang berusaha memanas-manasi, sehingga membuat umat Islam lainnya ikut terpancing. Apalagi ditambah situasi unjuk rasa yang berakhir ricuh seperti itu. Jujur, saya sangat sedih melihat mereka yang mengatakan “Ahok” adalah kafir, namun mereka sendiri yang berlaku seperti orang kafir, penuh dendam, dan kebencian. Lihat saja, ormas yang berteriak-teriak “Allahuakbar” namun merusak fasilitas umum. Lihat saja mereka yang sehabis melakukan sholat malah membuat kerusuhan, tetapi mengatakan orang lain kafir. Sungguh sangat keji perbuatan mereka yang seperti itu. Saya percaya sekali lagi, agama seperti Islam tidak mungkin mengajarkan untuk berbuat rusuh seperti itu. Oleh sebab itu, saya mohon kepada seluruh rakyat Indonesia untuk berpikir cerdas dalam menanggapi kasus ini. Karena negara ini adalah negara kesatuan, tidak dapat dipecah-belah oleh isu agama seperti ini.
        Kemudian, saya lanjutkan dengan pertanyaan saya tadi. Apa yang menyebabkan ini semua? Apakah mungkin karena oknum-oknum yang menyalahgunakan Surat Almaidah 51 itu memiliki suara yang kuat sehingga menimbulkan kericuhan seperti ini? Saya ajak lagi rakyat Indonesia, terutama umat Islam untuk memahami maksud Surat tersebut. Mungkin pengetahuan saya tentang kitab Islam tidak luas, namun saya yakin Allah memiliki maksud terbaik buat anak-anakNya atau hamba-hamba-Nya. Tidak mungkin Allah melarang seorang yang kelakuannya bersih, jujur, berani, tegas, dan penuh kebaikan untuk memimpin negeri ini, dibandingkan seorang yang jiwanya korupsi? Apakah kemudian saat Allah tahu ternyata “pemimpin yang kafir” lah yang terpilih, padahal kelakuannya bersih dan jujur, lalu Ia melarang hambaNya untuk mengangkat dia sebagai pemimpin mereka? Serendah itukah Allah? Sejahat itukah Allah sehingga Ia membeda-bedakan hamba mana yang layak memimpin bangsanya? Bukankah “orang kafir” itu juga ciptaan-Nya? Bukankah “orang kafir” itu juga hidup seturut kehendak-Nya dan mematuhi seluruh perintah-Nya? Oleh karena itu, apalah daya kita manusia untuk memahami perkataan Allah? Apalah kemampuan kita untuk menafsirkan maksud-Nya dalam Surat Almaidah 51 itu? Hanya satu kalimat saja jawabannya, Allah tidak sejahat itu! Dia bukan Allah yang membeda-bedakan hamba-Nya. Bahkan orang yang berbuat najis di hadapan-Nya saja masih bisa diberi waktu untuk bertobat! Lantas, mengapa Ia tidak menghalalkan “orang kafir” yang berbuat kebaikan dan menuruti perintah-Nya selalu?
Selain itu, apakah kita semua berkenan di mata-Nya? Bukankah kita semua adalah manusia yang berdosa? Kandungan lemak babi 0,01 % pun adalah najis untuk dimakan atau 1 buah telor busuk dicampurkan ke dalam 10 buah telor bagus tetap najis untuk dimakan, masakan kita umat manusia yang sudah berdosa sejak lahir tidak najis di hadapan-Nya? Sama saja semuanya! Kita semua adalah najis di hadapan Allah! Lantas, berhak kah kita menilai orang lain kafir dan tak pantas menjadi pemimpin? Saya sangat percaya Al-Quran dan kitab lainnya tidak salah, hanya kita yang salah menafsirkannya!
         Oleh sebab itulah, saya sangat merenungkan ini. Saya adalah orang yang sangat mendukung Pak Ahok. Bukan karena beliau Kristen, tetapi karena beliau hidup taat pada Tuhan, berbuat kebaikan, jujur, tegas, dan ramah terhadap sesama! Saya tidak melihat hal itu ada dalam diri pejabat-pejabat publik lainnya! Sangat sulit untuk menemukan orang seperti beliau. Berjiwa nasionalis dan merakyat, bagaikan pemimpin sejati. Oleh sebab itu, saya sangat menyesalkan kejadian ini pada beliau. Saya berharap, semoga penegak hukum berlaku seadil-adilnya dalam menyatukan bangsa ini. Saya harap juga mata setiap kita mulai terbuka untuk bisa membedakan mana yang hitam dan putih. Jangan mau dihasut oleh oknum-oknum yang memang tujuannya untuk memecah belah bangsa ini! Berpikirlah cerdas dan bijaksana! Tuhan memberkati. (YA)


Saya menuliskan ini agar suatu saat orang dapat melihat dan memahami kasus yang sebenarnya terjadi. Bahkan ratusan tahun kemudian pun, orang masih dapat membacanya.

Video Ahok di Kepulauan Seribu :

Video Ahok soal pernyataannya yang dianggap menistakan agama :

Video Ahok meminta maaf karena telah menimbulkan kegaduhan :

Pernyataan maaf Buni Yani karena mengedit video Ahok :

Monday 25 July 2016

Baptis Selam atau Baptis Percik? Bagaimana keselamatan yang dari Tuhan?


Pernah suatu kali saya menemukan dua orang yang saling beradu argumen, yang satu berkata ,”Eh, di gereja aku tuh ya dimana-mana dibaptis itu pake baptis percik”. Yang lain berkata,”Ya terus? Masalah buat gue? Emang kenapa?”.
Jawab yang satu lagi,”Ya gapapa. Aku tuh heran aja ya kok di gereja kamu waktu itu pake baptis selam-selam gitu sih? Emangnya teh di celup-celup?”.
Yang satu lagi membantah,” Eh enak aja lo. Lo dipercik-percik! Emangnya kembang di percik-percik?”
Lalu keduanya saling beradu pendapat, masing-masing mempertahankan pendapatnya sesuai ketetapan di gerejanya. Yang satu berkata bahwa baptis percik lah yang benar, sebab dengan dipatis percik maka niscaya kita bisa masuk Sorga. Yang lainnya tidak terima dan berkata bahwa dengan dibaptis selam lah kita bisa masuk Sorga.

Untuk membahas ini, pertama-tama kita mengenal dulu apa itu baptis. Baptis berasal dari bahasa Yunani, yaitu bapto yang artinya masuk ke dalam air. Nah, lalu apakah dengan ini berarti baptis selam kah yang benar? Lalu bagaimana dengan yang baptis percik? Apakah mereka tidak bisa diterima di Kerajaan Sorga?

Sebelum itu, kita maju lagi untuk mengenal apa itu fungsi baptis. Mari kita buka Alkitab kita di Kitab Yohanes 3:5. Yohanes 3 adalah mengenai percakapan Yesus dengan seorang Farisi yang bernama Nikodemus. Dalam ayatnya yang ke 5 berkata,” Jawab Yesus : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Nah loh, Yesus sendiri berkata demikian. Lalu apakah itu artinya apabila kita tidak dibaptis maka kita tidak bisa masuk Kerajaan Allah?

Mari kita buka kembali kitab Lukas 23:39-43 mengenai dua orang yang disalibkan bersama Yesus. Dalam ayatnya yang ke 39-43 berkata, Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Dalam ayat itu diceritakan mengenai 2 orang yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Yang satu menghujat Yesus, sedangkan yang satu lagi menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Lalu secara langsung tanpa pikir panjang Yesus berkata, “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.
Adakah dikatakan dalam ayat tersebut kemudian Yesus berkata,” sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada…. Eh bro, maaf nih, kau udah dibaptis belum?
Lalu jawab orang tersebut,”Jangankan dibaptis Tuhan, ayah saya saja seorang penjudi, ibu saya seorang pelacur, dan saya sendiri seorang pembunuh. Gimana mau dibaptis” (Haha kan enggak).
Atau ada yang lebih ekstrem lagi. Lalu Yesus berkata, “Eh bro, btw kau baptis apa? Baptis selam atau baptis percik?”
“Baptis percik, Tuhan”, kata orang tersebut. Lalu Yesus menjawab,”Wah maaf nih bro, kau harus dibaptis selam supaya bisa bersama-sama Aku di Sorga”.
“Apa itu Tuhan? Yaudah Tuhan, turunkan aku dengan Kuasa-Mu agar aku diselam ke air sekarang juga!”
(He-he-he kan enggak begitu).

Dari situ kita dapat menarik kesimpulan, bahwa baptisan tidaklah menyelamatkan. Yang menyelamatkan hanya? Hanya YESUS.
Lalu apa maksud perkataan Yesus dalam Yohanes 3:5 tersebut?
Sering orang mensalahartikan ayat tersebut dan kemudian menarik kesimpulan bahwa baptisan lah yang dapat menyelamatkan.
Tapi, mari kita buka di ayat 6 nya. Ayat 6 nya berkata,” Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”.
Saya akan membongkar sedikit mengenai ayat ini yang telah saya terima dari pendeta saya. Dalam bahasa Yunaninya, daging itu adalah sarx, yang artinya tubuh manusia atau tubuh jasmani kita. Sedangkan Roh dalam terjemahan asli Yunaninya adalah Pneu’ma yang berarti “Tubuh Roh” (Roh huruf besar yang berarti Roh Kudus).
Lalu apa itu maksud air dalam ayat ke-5??
Air dalam bahasa Yunani adalah aqua. Sedangkan dalam terjemahan aslinya dalam Kitab Yohanes tersebut, kata”air” dalam bahasa Yunaninya bukanlah aqua, melainkan “hudos”.
Lalu apa itu hudos?  
Apabila seorang ibu sedang mengandung, dalam rahimnya dikelilingi oleh air. Air apakah itu? Iya benar. Air ketuban. Itulah yang dimaksudkan dalam Yohanes 3:5. Bukanlah air aqua yang dimaksudkan, melainkan hudos yang berarti air ketuban.
Disini Yesus mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, seseorang harus dilahirkan kembali dalam “air ketuban” dan dalam “Tubuh Roh”.
Berarti ayat ini mengatakan dengan jelas bukanlah mengenai baptisan, melainkan mengenai “kelahiran kembali”.

Lalu, apa itu “Tubuh Roh” yang dimaksudkan Yesus?
Manusia dilahirkan sudah memiliki 3, yaitu tubuh, jiwa, dan Roh. Lalu pertanyaannya, kemana “Tubuh Roh” tersebut?
Saat Adam dan Hawa dilahirkan ke dunia, apakah sudah memiliki Tubuh Roh? Jawabannya sudah. Lalu kemana Tubuh Roh tersebut?
Dalam Kejadian 3 ayat 3 dikatakan Allah jelas bahwa “Janganlah kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati”. Lalu kejadiannya berlanjut, dan Adam bersama Hawa memakan buah itu. Pertanyaannya, apakah mereka mati pada saat itu juga?? Jawabannya Tidak! Lalu apa maksud Allah mengatakan bahwa mereka akan mati? Apakah Allah salah?
ALLAH TIDAK PERNAH SALAH.
Lalu apa yang dimaksud mati oleh Allah? Itulah “Tubuh Roh” ! Oleh karena dosa Adam dan Hawa, Tubuh Roh kita sudah mati sejak dilahirkan!

Pertanyaan lagi, saat kita mati, tubuh kita ini masuk kemana? Masuk ke tanah (kuburan). Nah, yang masuk ke Sorga apa dong? Itulah “Tubuh Roh”!
Bagaimana kita bisa memiliki Tubuh Roh tersebut? Ya tentunya harus dilahirkan kembali. Apakah ada seseorang di dunia ini yang tidak pernah lahir? Tidak.
Bagaimana cara kita dilahrikan kembali oleh Roh tersebut?
Mari buka kitab Kisah Rasul 2:38, Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Itulah tahapan-tahapannya. Maka kita harus “bertobat” dan “hendaklah memberi diri” dibaptis untuk menerima karunia Roh Kudus. 

Satu-satunya cara untuk menerima keselamatan adalah “bertobat dan menerima Yesus!” Lalu apa fungsi baptisan tersebut?
Saya kasih contoh saat kita mengambil studi di sebuah perguruan tinggi pasti kita akan mengalami apa yang dinamakan dengan wisuda. Saat seseorang sudah menyelesaikan semua SKS yang disyaratkan dan sudah menyelesaikan skripsinya dan sidang akhir, maka orang tersebut dinyatakan Lulus!
Lalu apabila suatu ketika, tiba-tiba di hari mau wisuda nya orang tersebut sakit demam berdarah dan harus di opname di rumah sakit sehingga tidak bisa mengikuti wisuda. Apakah gelar kelulusannya dicabut? Tidak! Karena dia sudah dinyatakan lulus dan siap melamar kerja dimanapun!
Sama halnya dengan baptis, itu hanya menyimbolkan bahwa kita sudah “lulus” atau sudah bertobat dan bebas dari dosa-dosa lama kita. Dengan artian tanpa dibaptis pun sebenarnya kita tetap dapat diterima di Kerajaan Allah!!
Jadi, baptis hanya simbol untuk menyatakan pertobatan kita dan mengubur dosa-dosa masa lalu kita. Haleluya!
.
.
Lalu ada seorang saudara yang berkata, “Kalau begitu kita selama di dunia ini ya senang-senang aja bro! Kan gampang ntar kayak orang yang disalib disebelah Yesus itu, tinggal serahin diri bertobat dan terima Yesus aja!”
Oh tidak saudara. Kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil. Matius 24:42-44 berkata, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.   Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri  akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
Bisa saja kita tidak seberuntung orang yang disalib bersama Yesus tersebut. Bisa saja kita meninggal secara langsung tanpa bisa berbicara lagi. Sebab kita tidak tahu kapan waktuNya akan tiba.

Ada seorang saudara lagi yang berkata,”Wey bro. Aku ini kan pelayan Tuhan nih, rajin Gereja, berdoa, saat teduh, pelayanan. Berarti aku bakalan dapat upah yang lebih besar dong di Sorga! Ketimbang kawan-kawanku yang gak pernah gereja, apalagi saat teduh.” Lalu Tuhan berkata dari Sorga,”Terus? Gue musti koprol gitu?” (haha kan enggak).
Jelas sekali Yesus memberikan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur dalam Matius 20 (Buka Alkitab).
Disini diceritakan mengenai orang-orang upahan yang bekerja di kebun anggur. Ada yang bekerja dari pukul 9 pagi, 12 siang, 3 sore, dan pukul 5 sore. Dan masing-masing sepakat menerima upahan 1 dinar. Lalu tibalah saatnya malam hari, dan mandurnya masing-masing memberi mereka upahan 1 dinar. Maka terkejutlah pekerja yang sudah bekerja sejak pagi melihat pekerja yang bekerja mulai sore memiliki upah yang sama dengan dia. Maka pekerja tersebut tidak terima dan bersungut-sungut kepada tuannya, maka tuannya itu menjawab
“Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Oleh sebab itu, hendaklah kita jangan bermegah diri karena kita adalah pelayan Tuhan dan sangat dekat pada Tuhan. Sebab upahan kita semua adalah sama. Justru tanggungan pada pengikut Tuhan-lah yang sangat berat. Oleh sebab itu kita tidak boleh menyerah, karena tugas kita adalah menjadikan bangsa muridNya seperti yang diamanatkan pada kita.
Dan dari mulai sekarang bertobatlah dan terima Yesus dalam kehidupan kita, karena kita tidak tahu sampai kapan usia kita.
Tuhan Yesus memberkati.

-          Dikutip sebagian dari intisari khotbah Pdt. Andi Panggabean mengenai Baptis -



Sunday 24 July 2016

Membaca Alkitab Buang-buang Waktu?

Ada sebuah cerita mengenai seorang oma dan cucunya yang sangat disayangi. Si cucu ini memiliki cita-cita ingin menjadi dokter. Ia sangat berambisi untuk menjadi seorang dokter yang hebat.
Suatu ketika, si oma menyuruh cucunya tersebut untuk membaca sebuah buku, yang bernama Alkitab!
Namun, si cucu menolak permintaan oma nya tersebut dan berkata,” Oma, aku kan ingin menjadi dokter! Untuk apa aku membaca Alkitab? Itu hanya membuang-buang waktuku saja!”
Si oma hanya diam, dan kemudian dia mencoba untuk mengajaknya beberapa hari lagi. Akan tetapi setiap kali si oma mengajak cucunya membaca Alkitab, si cucu terus menolak dengan alasan membaca Alkitab hanya membuang-buang waktu saja.
Suatu malam, si oma berdoa dan mohon hikmat pada Tuhan agar cucunya mau menuruti perkataannya untuk membaca Alkitab. Si oma meminta Tuhan untuk memberikannya hikmat agar dia dapat menjelaskan kepada cucunya.
Tibalah suatu hari, si oma sedang duduk di kursi rodanya, sedang si cucu sedang membaca-baca buku tentang kedokteran. Tiba-tiba terlintas di pikiran si oma sebuah ide untuk mengajak cucunya mau membaca Alkitab. Lalu si oma memanggil cucunya, dan cucunya datang menghampiri dia. “Ia, ada apa oma?”, tanya cucunya.
“Kamu sayang sama oma kan?”, tanya si oma. “Sayang oma, kenapa?” tanya cucunya heran.
“Kalau kamu sayang sama oma, berarti kamu mau kan menuruti perkataan oma?”, tanya si oma. “Mau oma, memang ada apa?” tanya si cucu.
“Coba kamu ambilkan keranjang bekas di atas lemari itu”, kata oma. “Oh itu, oke aku ambil ya oma” (si cucu mengambilnya dari atas lemari). “Lalu diapakan keranjang ini oma? Ini kan keranjang sudah tua dan berdebu?” tanya si cucu.
“Coba tolong kamu ambilkan air di kamar mandi dengan menggunakan keranjang itu, lalu kasih ke oma airnya” suruh si oma. Si cucu pun langsung bergegas ke kamar mandi dan mengambil air dari bak. Setelah selesai airnya di ambil, si cucu langsung menghampiri omanya dan berkata, “Oma, ini aku udah ambil air dari kamar mandi, tapi di jalan menuju kesini airnya tumpah-tumpahan dan jadinya habis deh” Lalu kata si oma,”Kalau gitu ambil lagi”
Si cucu pun heran dan mengira si oma ini sudah pikun karena mana mungkin bisa airnya utuh dalam keranjang ini sebab terdapat celah-celah untuk keluarnya air. Lalu si cucu belum menyerah, dan kembali menyendok air dari bak dan bergegas cepat-cepat menuju omanya. Air nya pun habis tumpah-tumpahan sebelum sampai pada omanya. Lalu si cucu berkata,” Oma, lihatlah di lantai. Itu airnya sudah berserakan, mana bisa aku bawa air pake keranjang?” Lalu kata si oma,” Kamu sayang oma kan nak? Cobalah lakukan lagi”.
Si cucu pun mengulanginya lagi, dan kali ini dia berlari menuju omanya. Namun semakin cepat dia berlari, air yang tumpah semakin banyak. Lalu kesallah hati sang cucu dan berkata pada omanya, “Oma, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa membawa air ke oma menggunakan keranjang ini! Ini hanya buang-buang waktu saja!”
Tiba-tiba si oma terdiam. Lalu dia berkata, “Cucuku yang kukasihi, seperti itulah halnya kamu membaca Alkitab. Mungkin terlihat membuang-buang waktu. Tapi, lihatlah keranjang tua itu. Sekarang menjadi bersih dan terlihat seperti keranjang baru. Seperti itulah nak, membaca Alkitab tidaklah membuang waktumu, tapi itu dapat membersihkan dirimu”. Si cucu pun termenung dan meneteskan air mata, sambil berkata, “Aku sayang oma. Aku berjanji akan membaca Alkitab”.
.
.
.
.
.

Ada sebuah kisah mengenai pengalamanku waktu SMA. Aku berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan seorang pelayan Tuhan. Aku kenal dia beberapa bulan dan langsung menaruh hati padanya. Singkat cerita, tibalah saatnya untuk perpisahan di sekolah menunggu pengumuman kelulusan. Aku berikhtiar untuk menyatakan cintaku padanya melalui sebuah surat. Aku pun lalu menuliskannya beberapa lembar surat tersebut dengan puisi, ungkapan kagum, dan sebagainya. Aku sangat berharap dia membalas suratku dan menyerahkannya langsung padaku di hari kelulusan, karena sudah kucantumkan untuk membalasnya saat hari kelulusan.
Lalu aku menyuruh temanku untuk memberikannya pada wanita itu.
Suatu ketika, tibalah saatnya hari pengumuman kelulusan itu. Jantungku berdebar-debar saat itu, bukan sekedar karena bakalan lulus apa nggak, tapi aku sangat berharap wanita itu datang menghampiriku untuk menyerahkan balasan suratnya. Karena aku pribadi yakin sudah pasti lah lulus lah wkwk.
Saat pengumuman kelulusan, betapa sialnya aku, aku tidak melihat wanita itu ke sekolah. Yang lain mungkin senang-senang, eh bro kita lulus yuhuyyy!!! Ayo lah kita coret-coret baju woy.. Lalu mereka hanya melihat wajahku yang agak sedikit berbeda, “kau kenapa bro?”,tanya temanku padaku. Kok kelihatan gak happy kau? Kan kita lulus nih semua! Kapan lagi kita merayakan kayak gini bro??” kata mereka mencoba menghiburku.
Lalu aku pun bertanya pada mereka, “Eh si “doi” kemana sih? Kok gak datang ke sekolah?”.
“Ciee… jadi kau dari tadi mikirin dia ya? Hahaha..” kata mereka mengejekku.
“Udahlah, kita senang-senang aja dulu sekarang haha”, kata salah seorang temanku.
Singkat cerita, aku pun merayakan kelulusan di sekolah dan pulang ke rumah dengan kondisi setengah hati. Yah, apa boleh buat yang penting bersyukur Tuhan kasih aku lulus, dan soal surat, mungkin wanita itu tidak suka padaku. Simple saja, aku tidak terlalu mau ambil pusing dan aku makan-makan enak bersama keluargaku di rumah untuk merayakan kelulusanku.
Singkat cerita,beberapa minggu kemudian, aku pun ingin melanjutkan bimbingan belajar ke Jawa Barat untuk mengikuti ujian tertulis SNMPTN. Oleh sebab itu, aku sudah mengepack barang dan bergegas ke Bandara bersama keluargaku. Di bandara, teman-temanku datang ingin menemaniku di saat-saat perpisahan dengan mereka. Kami pun berfoto-foto dan saling salam-peluk, dan dari salah seorang teman yang kusuruh titip surat ke wanita itu, dia menyisipkan 3 buah amplop surat padaku.
“Apa ini bro?” tanyaku. “Ini balasan suratmu waktu itu, bro”.
Betapa terkejutnya aku, “Wahhh sialan kau ya berminggu-minggu aku terbawa mimpi terus karena ini, ternyata selama ini kau simpan??”
“Haha, kelupaan aku ternyata ada di tas ku selama ini”
Aku pun seperti sedikit antara senang dan greget liat kawanku satu ini. Singkat cerita aku pun berangkat dan berpisah dengan mereka semua.
Selama dalam perjalanan di pesawat, aku sangat penasaran dan sangat menanti-nantikan isi surat itu.
Sesampai di tempat abangku di Jawa Barat, aku pun merapikan semua barang-barang di tasku dan setelah itu membuka isi surat itu. Betapa senangnya hatiku melihat kata-katanya yang indah penuh makna. Tiap malam aku mau tidur, aku selalu melihat-lihat isi surat itu dan selalu membaca-baca puisi karyanya yang sangat indah. Betapa senangnya aku, walau dia tidak berada di dekatku, namun hatiku selalu dekat padanya.
.
Dari sini dapat aku tarik kesimpulan, mengapa aku begitu tergila-gila pada isi surat itu? Karena apa?
Itu karena orang yang menulisnya adalah orang yang begitu aku kagumi dan cintai.
Sama halnya dengan Alkitab. Adalah bohong pada faktanya apabila kita mengaku mencintai Tuhan kita, namun masih enggan membaca Alkitab! Cinta tak cukup hanya kata-kata seperti itu, cinta dan perasaan kagum amat mendalam dapat dilihat dari cara kita menanggapi tulisan-Nya, kata-kata-Nya, dan Firman-Nya.
Tuhan Yesus memberkati. YA.

-          Dikutip dari Khotbah Pdt. Andi Panggabean – Kunci Hidup yang Berlimpah –

Penulis,


Yosua Andreas

Sunday 17 July 2016

Roh Kudus mengubah hidupku


Sebuah cerita singkat dari pengalaman hidupku ketika kecil hingga dewasa seperti saat ini yang akan dituliskan dalam sebuah buku suatu saat nanti.

            Namaku Yosua Andreas, nama yang diperoleh dari pemberian mamaku. Ada alasan yang mendasari dalam pemberian nama itu. Yaitu Yosua, seorang hamba yang menggantikan Musa untuk memimpin bangsa Israel menuju Tanah Kanaan, dan Andreas, seorang murid Yesus. Mama ingin sekali aku menjadi seperti Yosua yang memimpin bangsa Israel menuju Kanaan, dalam artian menjadi pedoman hidup bagi orang lain untuk memenuhi janji-janji Tuhan.
            Aku terlahir menjadi anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Jarak usiaku dengan kakak dan abangku cukup jauh, yakni 9 dan 10 tahun. Hal ini dikarenakan dulu sempat mama dan papaku tidak merencanakan untuk memiliki tiga orang anak. Namun entah kenapa mereka berubah pikiran dan memutuskan untuk melahirkan anak ketiga. Maka lahirlah aku ke dunia yang indah yang diciptakan Tuhan ini.
            Sepanjang masa-masa kecilku hingga melanjutkan sekolah menengah atas, aku kurang merasakan kasih sayang seorang papa. Dulu ketika aku kecil, papaku sangat jarang berada di rumah. Berangkat kerja jam 7 pagi dan pulang ke rumah bisa jam 12 malam. Dulu papa adalah seorang penjudi. Di samping pekerjaannya sebagai pegawai negeri di salah satu perusahaan BUMN, papa adalah seorang penjudi dan suka pulang malam. Maka sangat kurang komunikasiku dengan seorang papa. Dalam satu hari bisa saja tidak bertemu, karena aku berangkat sekolah pukul 6 pagi dan tidur malam biasanya pukul 22. Hal ini mengakibatkan hubunganku dengan papa tidak sebaik hubunganku dengan mamaku.
            Hal yang tidak akan terlupakan olehku adalah saat mama dan papaku bertengkar hebat. Papaku sampai melempar HP nya ke arah muka mamaku, untungnya HP tersebut mengenai tembok dan pecah. Hal itu terjadi berulang kali. Mamaku saat itu menangis sangat sedih, dan aku sangat membenci papaku. Papa juga sering meminta uang untuk membayar kekalahan bermain judi, padahal uang di tangan mamaku sangat sedikit dan itu untuk bayaran uang sekolahku. Tapi papaku memaksa hingga mamaku mengalah, dan mama hanya menangis di depanku karena saat itu kakak dan abang sudah merantau untuk kuliah dan bekerja. Aku begitu kasihan dan sedih kepada mamaku. Hari-hariku dari SD kulewati hanya bersama mama di rumah. Jarang sekali figur seorang papa tampak di tengah-tengah keluarga kami.
Tiap malam mama menangis dan berdoa untuk mengampuni kesalahan-kesalahan papaku dan tidak menimpakan untuk anak-anaknya. Itu doa yang utama dipanjatkan oleh mamaku tiap hari bahkan sebelum aku lahir. Karena papa sudah berjudi sebelum kakakku yang sulung lahir. Mama mohon kepada Tuhan agar anak-anaknya tidak menjadi seorang penjudi. Dia sangat memohon belas kasihan dengan Tuhan.
Singkat cerita, aku bertumbuh semakin hari menjadi semakin dewasa. Saat itu aku belum begitu mengenal Yesus. Bahkan aku kurang tertarik dengan pergi-pergi ke gereja. Namun, suatu waktu di usiaku yang ke 16 tahun aku mulai dibukakan untuk pergi ke Gereja dan mencari Tuhan melalui firman-Nya. Saat itu aku mulai bergereja di salah satu gereja karismatik bersama mama. Mama mulai gereja disana karena awalnya merasa malu untuk pergi ke Gereja lama, sebab tidak ada papa yang mendampingi. Sering orang-orang bertanya pada mama mengapa papa tidak ikut. Dan hal itu membuat mamaku menjadi risih dan memutuskan tiap Minggu ke gereja karismatik saja. Tiap minggu aku dan mama bergereja, imanku semakin dibangkitkan dan pengenalanku akan Yesus Kristus semakin dibukakan. Tiap pagi aku rajin untuk bernyanyi dan membaca renungan pagi. Tiap minggu aku hampir tidak pernah absen untuk pergi ke Rumah Tuhan karena itu menjadi kesenangan bagiku.
Selang beberapa waktu, suatu cobaan datang menghampiriku. Tampaknya iblis tidak suka ada seorang anak Tuhan yang sedang naik level. Si iblis mencobaiku dengan perantaraan perempuan. Aku dulu sempat berpacaran dengan seorang yang beda agama. Padahal Firman Tuhan menentang keras akan hal itu. Akibatnya aku, yang semula sangat rajin membaca renungan dan ke Gereja, lama kelamaan mulai malas untuk melakukannya lagi. Tampaknya iblis sudah memasuki diriku menggantikan Roh Kudus yang telah kuusir keluar dari hatiku. Hari-hari yang telah kulewati begitu suram. Bahkan selama aku berpacaran dengan dia, aku jadi suka mencari situs-situs yang negatif. Aku bahkan tak jarang untuk membuka situs tersebut lalu mengunduhnya ke ponsel. Hampir tiap hari aku melakukannya karena tidak ada seorang pun yang tahu, karena di rumah aku sering sendirian saat mamaku pergi ke luar. Hal-hal seperti itu sering kulakukan setiap hari tanpa sepengetahuan mamaku. Aku telah membohongi mamaku.
Singkat cerita, aku putus dengan pacarku itu karena dengan alasan beda agama. Aku sedikit demi sedikit mulai melupakan dia dan meninggalkan kenangan-kenangan buruk yang ada. Lalu selang satu tahun kemudian, aku meninggalkan sekolahku dan lanjut ke jenjang perkuliahan. Aku mulai merantau sedangkan kakak dan abangku sudah pada bekerja. Yang ada di rumah sekarang hanya mama dan papa. Awalnya memang mama sangat sedih, namun dia sangat berharap aku bisa menjadi seorang yang sukses di tanah perantauan.
Masa-masa awal perkuliahanku pun dimulai, dan aku sudah melepaskan dosa untuk berpacaran dengan beda agama tersebut. Aku sudah mengambil pelajaran berharga dari situ untuk tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama. Namun, iblis mulai mencobaiku lagi. Di saat-saat waktu sendiriku di kosan, aku mulai berpikir untuk mengulang dosa yang pernah kubuat waktu sekolah, yaitu menonton film porno. Aku begitu terobsesi dengan hal tersebut. Si iblis bahkan mengikat diriku seperti dengan rantai yang sangat keras hingga aku tidak bisa melepaskannya.
Namun, aku berusaha untuk tidak menunjukkan kepada orang lain bahwa aku sedang terbelenggu seperti itu. Aku bahkan dipercayakan untuk melayani menjadi pelayan Tuhan untuk kemahasiswaan. Aku begitu sungguh-sungguh dan semangat dalam melayani karena itu adalah pertama bagiku untuk melayani bersama teman-teman seiman. Tiap hari aku sering menuliskan firman-firman Tuhan di media sosial, sering memberitakan karya Tuhan pada teman-teman dan suatu hari aku diangkat untuk menjadi pelayanan kemahasiswaan selama satu tahun. Aku begitu senang dan begitu bersyukur pada Tuhan karena itu adalah kesukaanku. Selama satu tahun aku pelayanan di kemahasiswaan dan banyak pengalaman yang kudapatkan. Dari mulai cara berorganisasi, bekerjasama, integritas, totalitas, dan sebagainya. Bahkan belum sampai disitu, aku dipercayakan lagi untuk menjadi seorang ketua panitia dalam perayaan Natal di kampus. Hal itu tidak aku sia-siakan dan aku kerjakan dengan maksimal.
Hingga ada saatnya aku berkenalan dengan seorang perempuan dan tampaknya Tuhan telah menunjukkan kebaikanNya padaku saat itu. Aku sangat senang dan aku sungguh begitu gembira pada pencapaian-pencapaianku. Namun, iblis tampaknya tidak senang akan hal itu. Hal itu membuat aku selama berpacaran bukanlah menjadi pribadi yang semakin baik, malah sebaliknya. Emosiku sering meluap, aku sangat mudah tersinggung, aku sangat mudah berpikiran negatif, dan aku kembali terperangkap dalam dosa pornografi. Sebenarnya selama aku pelayanan aku masih mengkonsumsi ‘barang pornografi’ tersebut, namun tidak separah yang ini. Aku bahkan sering mengurung diri di kamar saat aku sedang stress, dan melampiaskannya untuk menonton film tersebut dan merangsang diriku berulang-ulang. Padahal saat itu aku memiliki tanggung jawab dalam pelayanan mahasiswa. Aku seperti tidak peduli akan perkataan-perkataan Firman Tuhan dalam Alkitab. Aku lebih sering menafsirkannya berdasarkan logikaku sendiri. Aku sangat mendalami hal-hal yang berbau sejarah dan mitos, dan hampir tidak mengenali lagi apa itu Firman Tuhan. Aku merasa Tuhan seperti jauh dari diriku, tapi aku selalu mohon ampun pada Tuhan, tapi aku selalu mengulang kesalahan yang sama. Aku seperti berjalan dan jatuh pada lubang yang sama berkali-kali tiada hentinya. Pelayananku seperti tidak berarti lagi bagiku, aku sangat tidak loyal dan tidak bertanggungjawab pada pelayananku. Semua karakterku, kepercayaan diriku, keyakinanku semakin lama semakin terenggut oleh keinginan iblis. Iblis tampaknya sangat sayang padaku karena aku selalu menuruti perintahnya. Hidupku seperti itu terus menerus selama 1 tahun, dan hingga 2 tahun.
Singkat cerita, akhirnya aku putus dengan pacarku saat itu karena berbagai masalah yang dihadapi. Aku seperti kacau balau. Aku seperti berada pada suatu tempat tapi hati dan jiwaku seperti tidak berada pada tempat itu. Sering resah, kuatir yang kualami karena aku tidak membukakan pintu bagi Roh Kudus untuk masuk dalam hatiku. Aku lebih sering menggunakan logikaku pada berbagai hal, bahkan pada Firman Tuhan. Tiap hari aku terbelenggu oleh dosa yang sama berulang-ulang dan tidak ada seorang pun yang tahu akan hal itu. Sangat sulit untuk melepaskannya. Bahkan aku pernah mencoba untuk beberapa hari tidak mengonsumsi hal itu, namun tidak bisa. Keinginan dagingku sangat kuat akan hal itu. Aku seperti kehilangan harapan akan masa depan.
Hari demi hari kulewati, bulan demi bulan, menuju pergantian tahun ke tahun 2016. Aku mendengarkan khotbah yang tidak akan kulupakan sampai saat ini, yaitu mengenai kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya. Pendeta yang berkhotbah saat itu tampaknya sangat menegur diriku dan sangat masuk ke dalam hatiku. Sebab kedatangan Tuhan sudah begitu dekat saat ini. Sampai kapan aku tetap memelihara dosaku ini? Tampaknya tidak ada waktu lagi selain merubahnya dari sekarang. Aku sangat takut Tuhan tidak mengenalku lagi dan membiarkanku masuk ke dalam api kekekalan. Aku sujud berdoa pada Tuhan dengan sepenuh hati, seperti hambaNya Daud yang meminta belas kasihan pada Tuhan karena telah melakukan dosa dan telah melanggar perintah Tuhan, demikian aku pada saat itu. Berhari-hari aku terlihat murung dan tampak banyak sekali penyesalan dalam diriku. Selama 2 tahun pelayananku seperti tidak berarti karena aku tidak melakukannya dengan sepenuh hati dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Selama 2 tahun aku seperti seorang yang sangat munafik di muka bumi ini. Aku berdoa dan menyesal pada Tuhan.
Dan di tahun ini, tahun 2016, aku sangat mengimani seorang hamba Tuhan yang berkata bahwa ini adalah tahun pembebasan seutuhnya. Aku berteriak dan percaya akan disembuhkan dan dibebaskan dari belenggu iblis ini. Perlahan aku mulai bisa memaafkan dan melupakan masa laluku, dan perlahan aku mulai meninggalkan dosa pornografiku. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, aku sungguh dilepaskan oleh kuasa Tuhan. Roh Kudus-Nya tinggal menetap di dalam hatiku dan sedikit demi sedikit yang hilang dari diriku berangsur kembali. Keyakinanku, kepercayaan diriku, pikiran positif, semangat, bahkan dilebihkan oleh Tuhan lebih dari sebelumnya. Logika-logikaku pun berangsur dikalahkan oleh iman pada Yesus dan kesukaanku adalah membaca Firman Tuhan. Tiap hari pagi dan malam aku merenungkannya dan akan meng’khatamkan’ dari Kejadian sampai Wahyu. Karena aku mengimani Tuhan dan ingin mengenal Tuhan lebih dekat lagi. Semua yang dulu pernah terjadi kuanggap rugi saat ini, saat aku mengenal Tuhan lebih dalam dan lebih lagi. Tak akan pernah lagi aku menyusahkan Tuhan, aku akan membuat Tuhan senang selalu. Kesukaanku untuk memberitakan kebaikanNya, meberitakan injil-Nya dimanapun itu, karena aku telah merasakan kebaikan Tuhan yang sangat besar dalam hidupku saat ini.
Terimakasih Yesus, hal-hal yang terjadi dahulu tidaklah sia-sia bagiku, justru hal itu menguntungkan bagiku sehingga aku bisa mengenal kebaikanMu lebih dalam dan sudah pernah merasakan pahitnya jauh dari-Mu. Thanks Jesus!! (YA)

Yohanes 14:16-18 :

Aku akan minta kepada Bapa 1 , dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong 2  s  yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, 14:17 yaitu Roh Kebenaran 3 . t  Dunia tidak dapat menerima Dia, u  sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu4 . Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. v  Aku datang kembali kepadamu

Sunday 3 April 2016

3 Alasan Orang Menjauhi Gerejanya




Saya baru hidup selama 21 tahun , ya tentunya masih sangat muda. Umur saya terbilang masih sangat panjang, oleh karena itu saya sangat antusias dalam mempelajari kebenaran. Saya seorang Kristen, dari garis keturunan memang orang Kristen. Saya mempelajari kebenaran ya hanya dari Alkitab, bukan dari buku ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Selama saya tinggal memijak kaki di bumi ini, sudah saya temui beberapa orang yang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Selain memiliki agama yang berbeda, juga memiliki pola pikir yang berbeda. Dalam artikel ini , saya mencoba untuk menelaah bagaimana seseorang bisa menjauh dari kehidupan beragamanya. Karena selama saya sekolah hingga kuliah, banyak saya menjumpai beberapa orang secara langsung maupun tidak langsung yang masih belum mempercayai Yesus dalam hidupnya. Ada juga mereka yang sangat logis, dengan anggapan bahwa Tuhan itu tidak ada , lebih baik saya mempelajari ilmu pengetahuan karena itu jelas terbukti!
Oke saya sebagai “mahasiswa Kristen” akan membahas hal tersebut. Walaupun saya bukanlah seorang teologia, tapi saya cukup mengetahui permasalahan ini. Memang pengetahuan akan alkitab saya belumlah sempurna, namun saya hanya akan mengulasnya sesuai pengetahuan saya. Sekali lagi saya katakan saya bukan mahasiswa teologia, tapi saya gemar menulis dan mengutarakan pendapat.

1. Kalau hidup baik-baik, dekat dengan Tuhan, rajin pelayanan, rajin gereja, ah saya dipandang lemah. Saya ingin bergabung dengan mereka yang berani dalam menjalani hidup! Saya ingin punya banyak teman!
            Suatu hari saya mengajak teman saya pergi ke sekolah bareng. Waktu itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Sebenaranya sebelumnya kami tidak pernah berangkat sekolah sama-sama. Tapi karena kebetulan di jalan kami bertemu, lalu kami pun berangkat bersama-sama. Di tengah perjalanan kami bercerita. Lalu saya bertanya kepada dia , “Kenapa kamu bergabung dengan orang-orang bandal itu, padahal dulunya kamu baik, rajin ke Gereja pula. Sekarang ke Gereja pun gak pernah”. Lalu dia mengatakan dengan sambil tertawa kecil ,”Saya tidak suka berteman dengan orang-orang yang terlalu baik. Lalu saya bertanya heran Kalau gitu kenapa kamu dulu berteman dengan mereka? Dia pun menjawab ,“Ya kalau dulu memang saya berteman sama mereka , karena awalnya ya kenal sama mereka. Tapi semakin lama semakin gak enak, mereka itu bolos gak mau, keluar malam gak mau, bekerjasama waktu ujian gak mau, tapi semenjak saya bergabung dengan teman-teman saya sekarang, saya lebih bisa menikmati masa-masa sekolah ! Saya lebih kuat dan berani dan orang-orang pasti akan segan pada saya, mana ada orang yang berani ganggu saya karena teman saya banyak!”
Dari perkataan teman saya, saya bisa menangkap bahwa dia hanya ingin dianggap kuat dan berani oleh orang-orang sekitarnya. Anggapan dia adalah bahwa orang Kristen yang taat beribadah merupakan orang tidak yang tidak bisa apa-apa. Setelah hal tersebut berlalu, hingga kini pun saya banyak menjumpai orang seperti itu.
Saya mencoba mencari tahu apa maksud kata kuat dan berani yang dia katakan. Mungkin setiap orang memiliki mindset yang berbeda-beda. Kuat dan berani dapat diartikan dengan melanggar aturan dan hukum yang berlaku. Tapi menurut mindset saya, orang yang kuat dan berani adalah orang yang bisa mengendalikan tingkah lakunya , dan berani itu adalah orang yang berani mempertahankan imannya walaupun harus bertaruh nyawa.
Kita lihat dari kisah Paulus, dulunya Paulus (Saulus) adalah pembenci orang-orang Kristen. Dia membunuh siapa saja yang percaya pada Yesus dengan keji. Sampai pada akhirnya dia bertobat, dan menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Yesus. Dia pun memberitakan injil dari Asia Kecil hingga ke Roma. Bahkan beberapa pihak mengatakan akhir hidupnya adalah di Roma dengan menerima hukuman mati.
Kita juga bisa melihat kisah sebelumnya yang dihadapi Stefanus. Stefanus adalah seorang diaken dan dikenal memiliki keberanian dalam menyebarkan injil setelah zaman Yesus Kristus. Tapi oleh karena pelayanannya, dia diadili dan dirajam sampai mati. Pada saat itu Paulus (Saulus) ada disitu menyaksikan kematian Stefanus (sebelum Paulus menerima Tuhan Yesus).
Dari kedua kisah itu, kita dapat menyimpulkan sebenarnya orang yang kuat dan berani adalah orang seperti Stefanus dan Paulus. Mereka percaya kepada Yesus dan mengikuti Yesus. Mereka berani menentang “aturan-aturan yang salah” , bukan mengikuti aturan yang salah tersebut !
Dalam awang-awang saya, andaikan dulu saya bisa menegur teman saya yang dulu , mungkin dia akan berpikir dua kali. Tapi selama ini saya akan terus mempelajari kebenaran. Walaupun saya bukan mahasiswa teologia, tapi saya mencoba mempelajari “dasar” dari kehidupan.

2. Saya gak mau ke Gereja, karena orang-orang di Gereja itu munafik! Bahkan banyak pendeta yang munafik!
Dalam kasus ini, saya sangat sering menjumpai “anak-anak Tuhan” yang memiliki pandangan seperti ini. Tidak hanya pada anak-anak muda, namun pada orang yang sudah berumah tangga pun masih memelihara pola pikir seperti itu. Hingga kini mereka tidak pernah ke Gereja. Saya mendengar percakapan saudara saya dengan seorang bapak mengenai Ibadah kepada Tuhan. Bapak tersebut percaya kepada Tuhan, tapi dalam kepercayaannya dia tidak mau sama sekali ke Gereja. Dia menganggap dalam Gereja itu banyak sekali orang munafik, mulai dari main duit persembahan, kehidupan sosial para pendeta, dan jemaat-jemaatnya yang penyembahannya di Gereja tidak sesuai dengan apa yang dilakukannya sehari-hari.
Saya mendengarkan percakapan mereka yang saling beradu pendapat. Saudara saya meyakini bahwa tujuan kita pergi ke Gereja adalah untuk beribadah kepada Tuhan, bukan beribadah kepada manusia, dalam artian kita gak usah memikirkan bagaimana manusia di dalam Gereja itu, fokus kita ya hanya pada Tuhan saja. Karena sesungguhnya itu rumah Tuhan! Manusia-manusia itu hanya pengurus rumah itu, tamu ataupun pendatang. Pemilik rumah itu adalah Tuhan!
Bayangkan pada saat kita menjunjung ilmu di Perguruan Tinggi, kita banyak menemukan orang-orang yang “nakal”. Kita merasa sangat tidak betah saat pergi ke kampus karena tidak kunjung menemukan teman yang sesuai. Apalagi dosennya dikenal banyak yang malas. Apakah kita jadi tidak pergi ke kuliah? Oke, mungkin sebagian kita berpikir mending pindah ke kampus lain saja. Tapi apakah sudah pasti  kampus yang akan kita tempati lagi kondisinya berbeda 180°? Belum tentu. Karena pasti “ada saja” orang-orang seperti itu dalam lingkungan kita.
Kita lihat Gubernur DKI Jakarta saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dia dikenal orang yang jujur, tegas, dan berani. Namun orang-orang terdekatnya seperti anggota dan pimpinan DPRD DKI banyak yang korupsi. Bagaimana cara dia berelasi dengan orang seperti itu? Ditambah lagi masyarakat Jakarta yang sangat keras dan beberapa pihak yang menentang dia. Apakah dia mundur sebagai Gubernur? Tidak. Dia malah berusaha menentang itu semua!
Seperti itulah mental kita seharusnya, sama seperti kita kuliah, tujuan kita yaitu mendapat gelar Sarjana dan mendapat pengetahuan dari kuliah , dan sebagai Gubernur DKI yaitu dengan tujuan membuat kota tersebut aman, tertib, dan tenteram. Begitu juga pada saat kita ke Gereja, apa tujuan kita? Jelas tujuan kita untuk memuliakan Tuhan. Apabila kita masih memiliki pikiran seperti yang diatas tadi, berarti jelas tujuan kita ke Gereja karena hanya rutinitas. Kita tidak punya kerinduan untuk mendengarkan suara Tuhan dan memuliakan Tuhan. Kita tidak punya keinginan untuk memahami firman Tuhan lebih lagi.
Tapi, kenalan saya pernah berkata, kalau begitu lebih baik gereja di rumah!
Bagaimana menurut kalian? Sekali lagi saya bukan mahasiswa teologia , tapi saya akan menentang itu. Yang namanya pergi ke Gereja yaitu pergi bersekutu bersama-sama ke rumah Tuhan. Disana pasti ada pendeta, pelayan, dan jemaat. Beda dong dengan di rumah. Lalu apakah dengan di rumah kita bisa memahami isi Alkitab yang kita baca? Belum tentu. Tapi kalau di Gereja kita bisa lebih memahaminya, karena ada pendeta yang menjelaskan maksud dari isi Alkitab yang dibaca.
Lalu saya bertanya kepada diri sendiri, Untuk apa dibangun Bait Allah itu? Tentu kalau semua orang berpikir bisa gereja di rumah, Bait Allah itu tidak akan pernah ada! Sedangkan pada zaman Yesus, Bait Allah itu sudah ada. Yesus bahkan pernah memporakporandakan Bait Allah yang dijadikan tempat berjualan. Itu artinya Bait Allah sangat penting!

3. Masih belum yakin kalau Tuhan itu ada, karena tidak didukung oleh ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Lalu kalau Tuhan itu ada, mengapa Dia mengizinkan penderitaan menghampiriku?
Ini merupakan pendapat orang-orang yang memposisikan dirinya terlalu pintar dan mengerti akan kondisi dunia saat ini. Saya memiliki tetangga beragama Kristen, namun dia masih mempertanyakan keberadaan Tuhan. Saat bercakap-cakap dengan ibu saya, saya mendengarkan bahwa dia sama sekali menolak Yesus. Dia mengatakan bahwa Allah itu tidak ada, dan Yesus itu hanya manusia biasa. Kalaupun Tuhan itu ada, kenapa sampai sekarang saya masih miskin seperti in? Anak-anak saya juga jadi anak yang membangkang?
Pada saat itu saya masih baru ‘lahir baru’ . Namun dalam hati saya, saya menentang dia. Ibu saya jelas seorang Kristen yang taat dan dia menanggapi hal ini dengan sangat serius. Saya mulai berpikir saat ini, mungkin orang itu (tetangga saya) sudah mendalami ilmu pengetahuan dengan sangat baik hingga tidak percaya adanya Allah.
Jika kita berbicara mengenai sejarah, saya cukup dalam mempelajari zaman sejarah , bahkan zaman pra-sejarah (sebelum adanya tulisan) saya pelajari. Jika kita berbicara mengenai pengetahuan dan kepercayaan akan Tuhan , kita bisa terbang ke zaman Yunani dan Babylonia dahulu. Awalnya bangsa Yunani lah yang sangat mempercayai pengetahuan dan tidak percaya akan adanya Dewa atau Tuhan. Orang Yunani adalah yang bisa menjelaskan bagaimana asal usul kehidupan menurut teori-teorinya. Berbeda dengan orang Babylonia yang sangat mengutamakan kepercayaan pada Tuhan atau Dewa. Pada dasarnya bangsa Yunani adalah bangsa yang maju. Tapi kita lihat, kita coba pahami pendapat Aristoteles. Aristoteles merupakan orang Yunani, dan dikenal dengan pemikirannya yang hebat. Aristoteles pernah berkata bahwa ,”Segala sesuatu yang ada di dunia ini, pasti ada sesuatu yang menggerakkannya”. Kita tidak bisa memungkiri yang dimaksud adalah Tuhan. Bayangkan saja, Anda mempunyai smartphone yang canggih. Tapi Anda sadar kan bahwa itu buatan manusia? Begitu juga dengan komputer, bahkan rumah yang Anda tempati. Apakah itu terbentuk sendiri? Tidak. Tukang bangunan yang membangun rumah tersebut sedemikian rupa. Begitu juga dengan alam semesta ini, apakah mungkin itu terbentuk sendiri?
Berbeda dengan Stephen Hawking, Stephen justru tidak mempercayai keberadaan Tuhan. Stephen Hawking adalah seorang ahli fisika teoritis dari Britania Raya yang sangat terkenal. Dia berpendapat bahwa asal mula dunia ini bisa dijelaskan secara teori dan ilmu fisika. Dia mengatakan bahwa dengan adanya gravitasi lah bumi dan alam semesta dapat terbentuk sendiri.
Tapi saya sungguh tidak setuju dengan pendapat Stephen Hawking. Memang seperti itulah apabila agama dan ilmu pengetahuan disangkutpautkan. Beberapa pihak juga sangat ingin menguasai ilmu pengetahuan untuk menjadi penguasa akan dunia ini. Tapi seharusnya mereka memegang kata-kata Einstein , yang mengatakan bahwa Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa pengetahuan adalah buta. Mungkin kita bisa menangkap dari sisi positif perkataan Einstein tersebut yang mengisyaratkan bahwa agama dan pengetahuan (sains) tidak dapat dipisahkan.
Saya sangat setuju bahwa Allah menciptakan dunia ini dan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Dan Allah mengutus Yesus untuk menebus dosa kita umat manusia. Oleh iman kepada Yesus lah kita diselamatkan. Lalu, kalaupun benar mengapa saya masih menderita? Kehidupan saya tidak berubah walaupun saya memohon dan berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan?
Sekali lagi saya katakan bahwa saya bukanlah mahasiswa teologia, namun saya punya pendapat mengenai apa yang pernah saya pelajari dan saya pernah dengar dari khotbah pendeta. Kita lihat saja Ayub, dalam perjanjian lama. Dialah orang yang paling menderita di dunia ini. Satu per satu yang dimilikinya di dunia ini habis. Tapi dia tak pernah sekali-sekali menyalahkan Tuhan. Bahkan pada saat itu, “Tuhan yang mengizinkan iblis untuk mencobai Ayub”. Kita bisa melihat dari sisi pandangnya Ayub bahwa Tuhan lah yang memberinya hidup, maka nyawa dia juga ada di tangan Tuhan. Dengan ini berarti Ayub menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Dia adalah orang yang sangat setia. Apabila kita orang-orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, seharusnya kita menyerahkan seluruh hidup kita sama seperti Ayub.
Yah, dalam pengamatan saya memang masih banyak orang yang bergumul akan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena segalanya bisa dibuktikan dengan sains dan teknologi. Tapi yang saya sangat sarankan adalah hiduplah untuk Tuhan. Karena Anda akan menemukan “kasih” yang sejati. “Kasih” itu sangat mahal , apabila Anda menguasai ilmu pengetahuan dan disertakan dengan “Kasih” , maka Anda akan menjadi orang yang luar biasa dan mampu mengubah dunia ini yang sudah miskin akan “Kasih” .


“Apabila seseorang ingin benar-benar sukses, dia harus Creative , creative dalam artian dekat dengan Sang Pencipta/ Creator , “kata-kata Ahok.”



Yosua Andreas