Wednesday 3 December 2014

eVERYTiME is Christmas



            I’m dreaming of the White Christmas… Just every Christmas card I write.. May your days be merry and bright… Lantunan lagu indah yang kuputar di bulan Desember. Mengingatkanku akan masa kecil yang memimpikan pohon cemara dan rumah hangat di tengah salju yang dingin, dekat bukit, dan penuh cahaya-cahaya lampu dari mereka yang merayakan Natal. Bulan ini adalah bulan yang penuh pohon cemara, sinterklas, salju, dan keindahan lainnya. Bulan yang biasa kunanti-nantikan mendapat sesuatu yang istimewa, mendapat kado dari seseorang, atau mengalami pengalaman hebat yang takkan pernah terlupakan. Setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang istimewa dari bulan ini.
            I’m dreamin a love, a gift, a merry… Aku pasti menginginkan sukacita yang luar biasa. Memasuki awal bulan ini, acara natal sudah dipersiapkan di kampusku. Panitia yang merupakan adik kelasku sudah merancang suatu perayaan yang megah. Dari mulai pelayan, pembicara, pemain drama mereka sudah mempersiapkannya. Dari acara, logistik, sampai konsumsi sedang dipersiapkan dengan baik. Suatu persiapan yang cukup singkat mengingat acara ini akan dilaksanakan tanggal 20 Desember.
            Sudah menjadi keinginanku untuk mempersembahkan sesuatu yang indah pada natal ini, aku ingin membuat sesuatu yang baru dan akan diingat hingga nanti. Entah mengapa niat hati sangat ingin menjadi seorang pelayan musik dalam acara natal maupun perayaannya, minimal membawakan sebuah persembahan pujian. Aku menginginkan natal yang berbeda dari sebelumnya. Aku ingin membuat sesuatu di atas panggung perayaan, menjadikan natal ini berbeda dalam kehidupanku. Tapi, semua ternyata hanya angan-angan semata yang terhembuskan angin. Harapanku hilang dalam sekejap, lagu-lagu yang kunyanyikan hanya terngiang dalam kepalaku, dan rasa galau menyelimuti pikiranku.
            Ternyata, panitia sudah memilih pelayan musik dan tidak menerima persembahan pujian yang ingin aku berikan. Dalam hati aku mencoba menenangkan diriku, berdoa agar natal ini tetap menjadi sesuatu yang indah dalam hidupku. Aku hanya mencoba menasehati diriku sendiri karena tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku sangat ingin melayani di altar natal tahun ini. Kuanggap ini hanya sebuah ujian kesabaranku dan menyadarkanku akan arti natal yang sesungguhnya.
            Sesuatu yang ditunggu-tunggu akan terjadi ternyata tidak terjadi, cukup mengikiskan hati. Tapi dalam hati nurani, aku sadar bahwa natal ini adalah merayakan kelahiran-Nya yang telah menyelamatkan kita. Bukanlah saatnya membeli pohon cemara lalu menghiasinya dengan hiasan mahal, berlomba membeli baju yang bagus, berfoya-foya, dan sebagainya. Ini saatnya kita merenung akan kelahiran Tuhan Yesus yang menjadi Juruselamat kita di dunia. Dia yang telah lahir bagi kita, mati bagi dosa-dosa kita, dan bangkit untuk setiap org boleh percaya kepada Dia dan beroleh Kehidupan yang Kekal.