Tuesday 28 April 2015

Celah Cahaya Masa Depan



Sebuah cerita tentang seseorang yang memiliki mimpi menjelajahi waktu ke masa lalu dan ke masa depan.




Suatu hari di sebuah kota, lahir seorang anak yang diberi nama Yoas. Tepat tahun 1991, sekitar 24 tahun yang lalu. Anak ini lahir dari hubungan suami-istri Tn. Pamran dan Ny. Dika yang sudah lebih dulu memiliki 3 orang anak. Tentunya Yoas merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara.

Yoas tumbuh besar menjadi seorang anak muda yang berbakti kepada orangtua. Kini orangtuanya sudah memasuki usia kepala 5, sedangkan Yoas masih duduk di bangku kuliah. Segala impian dan cita-cita Yoas sangat besar , sehingga besar pula keinginannya untuk meraih itu.

Dalam perjalanan kuliahnya sebagai anak perantauan, Yoas banyak mengalami suka dan duka. Dimulai dari urusan kuliah, kesibukan, hingga cinta. Tidak mudah menjadi seorang anak yang merantau ke negeri orang lain.

Suatu ketika, Yoas bercerita akan pengalamannya sewaktu kuliah....




"Aku menjadi mahasiswa baru di kampus itu. Situasinya jauh dari yang aku duga. Situasi kampus dimana kebebasan menjadi milik kita. Aku mulai menjalani kehidupan baruku bersama 3 orang temanku, mereka adalah Joni, Santo, dan Rama. Mereka adalah teman-teman terdekatku.
Dalam masa-masa ini aku mulai belajar bagaimana hidup mandiri, membangun relasi yang sebanyak-banyaknya, mengenal diri sendiri dan lingkungan sekitar. Aku banyak mengenal mereka yang berasal dari daerah sini.
Berbagai kegiatan kampus pun aku ikuti , seperti kepanitiaan, organisasi, dan lain sebagainya. Hal tersebut untuk mengisi waktu kosong setelah pulang kampus.
Aku semakin mengenal diriku sendiri. Seiring berjalannya waktu, 1,2,3 tahun terlewati dengan begitu cepat dan aku sudah bisa melihat perubahan dari diriku. Tentunya perubahan itu adalah pendewasaan bagiku.
Aku semakin lebih dekat ke lingkungan sekitar, menjadi lebih supel dan mudah bergaul, Bahkan aku lebih sering bergaul dengan kakak tingkat atas ku.

Berbagai pencobaan hidup sudah kualami, yang tentunya adalah beban bagi mahasiswa yang ngekos.
Apalagi sudah tiga tahun aku tinggal disini, dan menjadi mahasiswa tingkat2 akhir.
Aku sempat mengalami pergolakan hidup saat aku memiliki suatu masalah yang besar dan aku tidak bisa melepasnya.
Sampai suatu ketika aku menjauh dari lingkungan sekitarku dan mengurung diri. Teman-teman semakin menjauhiku dan melupakanku. Mereka mengabaikanku.
Aku semakin jatuh ke dalam hingga ke dalam lagi.Tidak ada yang mempedulikanku, mereka mengabaikanku.

Sampai suatu ketika, kakak seniorku menghiburku agar aku tidak terus menerus larut dalam kepahitan. Itu menjadi obat bagiku. Namun, semua yang sudah aku bangun hingga saat ini sedikit demi sedikit mulai hilang. Banyak penyesalan dalam diriku.

Kakak seniorku yang bernama kak Mella selalu mengawasiku. Dia memang salah satu kakakku yang cukup dekat denganku. Apalagi di saat sulit, aku selalu meminta bantuannya. Kak Mella mendoakanku agar aku keluar dari masa-masa sulitku dan bisa ceria seperti dulu lagi.
Doa seorang kak Mella cukup manjur, yang membuatku merasa sangat damai. Rasa tenang ada dalam pikiranku, aku memiliki secercah harapan akan masa depan.

Kak Mella menjadi inspirasiku agar aku bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku ingin mengubah semua keburukan yang pernah aku lakukan dari dulu hingga sekarang.
Tapi rasanya tidak mungkin. Tidak mungkin ada manusia yang dapat memperbaiki masa lalunya. Tidak ada orang yang bisa kembali ke masa lalu. Karena itu diluar logika manusia.

Aku ingin kembali pada saat-saat aku masih anak-anak. Di tahun 90-an sepertinya kehidupan masih jauh lebih nyaman dibanding sekarang. Bahkan terlebih lagi, aku ingin kembali ke masa-masa bersama teman-teman kuliahku saat kami bermain bersama, bernyanyi bersama, saling bercanda, berkumpul, dan menikmati kebersamaan. Aku rindu saat-saat menjadi mahasiswa baru dimana hidup terasa amat luas.

Sekarang, aku merasa lebih sepi. Hidup menjadi mahasiswa tingkat atas jauh dibawah tekanan. Apalagi kakak senior satu per satu mulai pergi melanjutkan karir dan studinya.
Kak Mella sebentar lagi akan pergi. Aku merasa sangat kehilangan apabila mereka pergi.
Sisa-sisa waktuku disini aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk bersenag-senang bersama mereka. Karena saat 20 tahun ke depan, hal-hal seperti ini akan dikenang.

Aku sangat menyesal sempat menjauhi lingkunganku dan kehidupanku sendiri. Aku ingin memperbaikinya tapi tidak bisa. Aku hanya bisa mencegahnya. Aku ingin melihat masa depanku 20 tahun lagi. Masih ada celah cahaya di batuan yang sangat gelap sekalipun. Saat 20 tahun mendatang nanti, aku akan berbangga atas semua yang sudah aku capai, aku akan hidup bahagia bersama keluarga baruku.




Teman-teman, aku bercerita seandainya kita bisa menjelajahi waktu, pasti akan sangat mudah bukan? Kita bisa saja kembali ke masa 60-an dan menyanyikan lagu The Beatles, lalu menjadi terkenal hingga pada akhirnya nama kitalah yang ada pada sejarah, bukan The Beatles. Lalu kita bisa ke masa depan dan melihat seperti apakah kita nanti.. Tapi semuanya tidak mungkin. Kita hanya bisa memulainya dari sekarang. Karena sejatuh apapun kita saat ini, masih ada celah cahaya masa depan di depan kita. Kita masih bisa mengubahnya. Seperti Kak Mella yang menghiburku saat itu, dia adalah celah cahaya itu. Dia yang mengingatkanku agar bersandar pada Tuhan yang merupakan sumber cahaya tersebut."








Karangan Yosua Andreas. Terinspirasi dari film "Before Sunrise"