Wednesday 17 July 2013

42 Hari Ospek (Chapter I)


                                                       42 Hari Ospek 
 
Cinta antara junior dan senior di kampus

Namaku Kevin, aku berasal dari Jakarta. Aku menjalani masa kuliah di sini, tepatnya di Jatinangor, Bandung. Ini adalah kosanku, yang baru kutempati selama 3 hari. Kemarin, ayah ibuku sudah pulang kembali ke Jakarta. Sekarang aku akan menjalani kehidupanku sendiri. Aku akan menceritakan bagaimana kisah perjalanan cintaku di masa ospek jurusan, yang membuatku jatuh cinta lagi setelah hampir 2 tahun menjomblo.
Kringg…Kring….Kringg…. (Alarm jam berbunyi) tepat pukul 6 pagi. Sementara aku masih dalam kehangatan selimut tidurku. Tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini adalah hari pertama masuk kuliah. Lantas aku bangkit dari tempat tidurku dan mencari-cari pakaian yang akan dipakai. Sementara handukku kuambil dari jemuran di luar kosan baruku.
Kosanku ini sungguh sejuk. Udara dingin dari Gunung Geulis selalu menyapu bersih udara-udara di sekitar sini. Air mandianku pun terasa sangat dingin. Oleh karena itulah, hanya beberapa gayung saja yang kugunakan untuk mandi. Sementara itu, pakaian kotorku kumasukkan ke dalam plastik.
Buku-buku, alat tulis, dan semacamnya kumasukkan ke dalam tas. Dan kemeja dengan bawahan celana bahan kupakai karena itulah peraturan yang ada di kampusku (bahwa mahasiswa baru wajib memakai kemeja dan celana bahan karena masih dalam masa ospek). Lalu akupun dengan percaya dirinya pergi ke kampus yang kulalui dengan berjalan kaki (karena lokasi kampusku yang cukup dekat dengan tempatku)
Sesampai di kampus, perasaan ini berubah menjadi tegang. Suasana baru dan teman-teman yang baru , ditambah lagi dengan angkatan-angkatan atas yang pandangannya berbeda terhadap maba nya , membuatku terpaksa harus beradaptasi lagi dengan lingkunganku ini. Lingkungan dimana aku harus menjalaninya selama kurang lebih 4 tahun.
Sesampai di kelas, aku memulai pelajaran yang baru. Yah, inilah hari pertama kuliah. Orang-orang yang baru juga, sebagian juga merupakan anak perantauan, sama sepertiku, bahkan berasal dari pulau yang berbeda. Yang kukenal hanya satu orang, yaitu dia yang duduk di sampingku, namanya Roy. Roy adalah temanku saat pendaftaran mahasiswa baru di kampusku. Dia berasal dari Kupang, NTT. Dia orangnya hitam manis, khas muka orang timur. Dia orang yang penuh ceria, blak-blakan, dan suka membantu. Tapi kekurangannya, Roy ini sering keceplosan dan bikin orang kesel. Namun, dia adalah teman yang baik. “Weh Kev! Karmana kabarmu?”, sapa dia. “Gue baik-baik aja bro, lu gimana?”. “Baik. Semangat setiap saat!”, seru dia.
Selama pelajaran berlangsung, aku dan Roy hanya bercakap-cakap saja. Kami saling berbagi pengalaman sebelum masuk ke kampus ini. Tidak terasa 2 jam berlalu, dan saatnya pulang. Karena ini masih hari pertama, oleh karena itu kuliahnya hanya sebentar. Roy bersama Nathan dan Seto mengajakku untuk makan siang bersama di kantin. Nathan adalah orang China campuran. Ayahnya orang China, sedangkan ibunya keturunan Batak. Dia berasal dari Sumatera Utara. Kulitnya putih dan matanya sipit. Nathan ini adalah tipe yang rajin belajar,bijak, taat pada orangtua, dosen , dan sebagainya. Kekurangannya, Nathan gak bisa diganggu kalau belajar dan suka menyendiri. Beda dengan Seto, Seto adalah orang Sunda. Badannya gemuk dan pendek. Seto orangnya pemalas, suka gangguin cewek, dan suka makan. Dia juga sering jadi bahan olok-olokan orang sekitarnya. Tapi dia adalah orang yang tegar dan pemberani. Setiap orang memang berbeda-beda, tapi perbedaan itulah yang melengkapi satu sama lain.
Sesampai di kantin, kami pun langsung mengambil tempat duduk, karena orang di kantin cukup banyak. Saat makan, aku menahan sendokku yang sebentar lagi mau masuk ke mulut. Aku melihat seorang wanita yang manis sedang mengambil makanan. Aku pun bertanya,”Hey..hey.. lihat! Siapa wanita itu?”. Roy menjawab,”Yang mana bro? Beta tak lihat. Yang baju pink?”. “Iya!”,jawabku. Nathan pun menyambung,katanya ,”Dia kan wakil ketua komdis (Komisi Disiplin) di jurusan kita”. “Ah, mana mungkin wakil komdis bisa secantik itu? Aku gak kebayang kalau dia marah-marahin juniornya”, sahutku dengan tidak percaya. Tetapi Roy menjawab,” Seseorang tidak bisa dilihat dari fisik ,bro. Dari luarnya saja indah, tapi dalamnya.. Ah beta sonde tau”. Aku pun hanya terheran-heran melihat wanita itu, pesonanya, auranya sungguh terasa sampai ke tempatku duduk. Makananku pun tak sadar kubiarkan Seto yang memakannya.
Lalu aku pun sampai di kos, masih membayang-bayangkan wajah wanita tersebut. Karena penasaran, aku pun langsung membuka laptop dan menyalakan internet. Aku berusaha melacak identitasnya, siapa namanya, darimana dia berasal, dan yang terpenting dia masih single atau sudah punya pacar. Aku pun langsung membuka group jurusanku , dan kucari profile picture yang sama dengan dia. Setelah beberapa menit, akhirnya kutemukan juga facebooknya. Namanya Natalie Marina dalam kurung Arin. Arin mungkin adalah nama panggilannya. Lalu aku melihat profil lengkapnya, dan ternyata dikunci .Aku langsung tambahkan saja dia sebagai teman, karena dengan berteman kita bisa tahu profilenya dan status hubungannya.
Setelah puas sudah mengetahui namanya, aku langsung update status dan ku bbm Roy. Percakapan kami begini,” Bro, gw udah tau namanya wakil ketua komdis itu!haha”. “Ah gak penting itu namanya, yang penting berani dulu kenalan sama dia langsung”. Roy terlihat menantangku dan aku ingin bercerita langsung pada Roy. Aku mengajaknya keluar malam untuk mencari makan. Biasa, namanya juga anak kosan, gak ada ibu yang masakin makanan, melainkan harus nyari sendiri di luar. 

Bersambung...