42
Hari Ospek
Cinta antara junior dan senior di kampus
Namaku
Kevin, aku berasal dari Jakarta. Aku menjalani masa kuliah di sini,
tepatnya di Jatinangor, Bandung. Ini adalah kosanku, yang baru
kutempati selama 3 hari. Kemarin, ayah ibuku sudah pulang kembali ke
Jakarta. Sekarang aku akan menjalani kehidupanku sendiri. Aku akan
menceritakan bagaimana kisah perjalanan cintaku di masa ospek
jurusan, yang membuatku jatuh cinta lagi setelah hampir 2 tahun
menjomblo.
Kringg…Kring….Kringg….
(Alarm jam berbunyi) tepat pukul 6 pagi. Sementara aku masih dalam
kehangatan selimut tidurku. Tiba-tiba aku teringat bahwa hari ini
adalah hari pertama masuk kuliah. Lantas aku bangkit dari tempat
tidurku dan mencari-cari pakaian yang akan dipakai. Sementara
handukku kuambil dari jemuran di luar kosan baruku.
Kosanku
ini sungguh sejuk. Udara dingin dari Gunung Geulis selalu menyapu
bersih udara-udara di sekitar sini. Air mandianku pun terasa sangat
dingin. Oleh karena itulah, hanya beberapa gayung saja yang kugunakan
untuk mandi. Sementara itu, pakaian kotorku kumasukkan ke dalam
plastik.
Buku-buku,
alat tulis, dan semacamnya kumasukkan ke dalam tas. Dan kemeja dengan
bawahan celana bahan kupakai karena itulah peraturan yang ada di
kampusku (bahwa mahasiswa baru wajib memakai kemeja dan celana bahan
karena masih dalam masa ospek). Lalu akupun dengan percaya dirinya
pergi ke kampus yang kulalui dengan berjalan kaki (karena lokasi
kampusku yang cukup dekat dengan tempatku)
Sesampai
di kampus, perasaan ini berubah menjadi tegang. Suasana baru dan
teman-teman yang baru , ditambah lagi dengan angkatan-angkatan atas
yang pandangannya berbeda terhadap maba nya , membuatku terpaksa
harus beradaptasi lagi dengan lingkunganku ini. Lingkungan dimana aku
harus menjalaninya selama kurang lebih 4 tahun.
Sesampai
di kelas, aku memulai pelajaran yang baru. Yah, inilah hari pertama
kuliah. Orang-orang yang baru juga, sebagian juga merupakan anak
perantauan, sama sepertiku, bahkan berasal dari pulau yang berbeda.
Yang kukenal hanya satu orang, yaitu dia yang duduk di sampingku,
namanya Roy. Roy adalah temanku saat pendaftaran mahasiswa baru di
kampusku. Dia berasal dari Kupang, NTT. Dia orangnya hitam manis,
khas muka orang timur. Dia orang yang penuh ceria, blak-blakan, dan
suka membantu. Tapi kekurangannya, Roy ini sering keceplosan dan
bikin orang kesel. Namun, dia adalah teman yang baik. “Weh Kev!
Karmana
kabarmu?”,
sapa dia. “Gue baik-baik aja bro, lu gimana?”. “Baik. Semangat
setiap saat!”, seru dia.
Selama
pelajaran berlangsung, aku dan Roy hanya bercakap-cakap saja. Kami
saling berbagi pengalaman sebelum masuk ke kampus ini. Tidak terasa 2
jam berlalu, dan saatnya pulang. Karena ini masih hari pertama, oleh
karena itu kuliahnya hanya sebentar. Roy bersama Nathan dan Seto
mengajakku untuk makan siang bersama di kantin. Nathan adalah orang
China campuran. Ayahnya orang China, sedangkan ibunya keturunan
Batak. Dia berasal dari Sumatera Utara. Kulitnya putih dan matanya
sipit. Nathan ini adalah tipe yang rajin belajar,bijak, taat pada
orangtua, dosen , dan sebagainya. Kekurangannya, Nathan gak bisa
diganggu kalau belajar dan suka menyendiri. Beda dengan Seto, Seto
adalah orang Sunda. Badannya gemuk dan pendek. Seto orangnya pemalas,
suka gangguin cewek, dan suka makan. Dia juga sering jadi bahan
olok-olokan orang sekitarnya. Tapi dia adalah orang yang tegar dan
pemberani. Setiap orang memang berbeda-beda, tapi perbedaan itulah
yang melengkapi satu sama lain.
Sesampai
di kantin, kami pun langsung mengambil tempat duduk, karena orang di
kantin cukup banyak. Saat makan, aku menahan sendokku yang sebentar
lagi mau masuk ke mulut. Aku melihat seorang wanita yang manis sedang
mengambil makanan. Aku pun bertanya,”Hey..hey.. lihat! Siapa wanita
itu?”. Roy menjawab,”Yang mana bro? Beta tak lihat. Yang baju
pink?”. “Iya!”,jawabku. Nathan pun menyambung,katanya ,”Dia
kan wakil ketua komdis (Komisi Disiplin) di jurusan kita”. “Ah,
mana mungkin wakil komdis bisa secantik itu? Aku gak kebayang kalau
dia marah-marahin juniornya”, sahutku dengan tidak percaya. Tetapi
Roy menjawab,” Seseorang tidak bisa dilihat dari fisik ,bro. Dari
luarnya saja indah, tapi dalamnya.. Ah beta sonde tau”. Aku pun
hanya terheran-heran melihat wanita itu, pesonanya, auranya sungguh
terasa sampai ke tempatku duduk. Makananku pun tak sadar kubiarkan
Seto yang memakannya.
Lalu
aku pun sampai di kos, masih membayang-bayangkan wajah wanita
tersebut. Karena penasaran, aku pun langsung membuka laptop dan
menyalakan internet. Aku berusaha melacak identitasnya, siapa
namanya, darimana dia berasal, dan yang terpenting dia masih single
atau sudah punya pacar. Aku pun langsung membuka group jurusanku ,
dan kucari profile
picture yang sama
dengan dia. Setelah beberapa menit, akhirnya kutemukan juga
facebooknya. Namanya Natalie Marina dalam kurung Arin. Arin mungkin
adalah nama panggilannya. Lalu aku melihat profil lengkapnya, dan
ternyata dikunci .Aku langsung tambahkan saja dia sebagai teman,
karena dengan berteman kita bisa tahu profilenya dan status
hubungannya.
Setelah
puas sudah mengetahui namanya, aku langsung update status dan ku bbm
Roy. Percakapan kami begini,” Bro,
gw udah tau namanya wakil ketua komdis itu!haha”. “Ah gak penting
itu namanya, yang penting berani dulu kenalan sama dia langsung”.
Roy terlihat menantangku dan aku ingin bercerita langsung pada Roy.
Aku mengajaknya keluar malam untuk mencari makan. Biasa, namanya juga
anak kosan, gak ada ibu yang masakin makanan, melainkan harus nyari
sendiri di luar.
Bersambung...