Ada sebuah cerita mengenai
seorang oma dan cucunya yang sangat disayangi. Si cucu ini memiliki cita-cita
ingin menjadi dokter. Ia sangat berambisi untuk menjadi seorang dokter yang
hebat.
Suatu ketika, si oma menyuruh
cucunya tersebut untuk membaca sebuah buku, yang bernama Alkitab!
Namun, si cucu menolak
permintaan oma nya tersebut dan berkata,” Oma, aku kan ingin menjadi dokter!
Untuk apa aku membaca Alkitab? Itu hanya membuang-buang waktuku saja!”
Si oma hanya diam, dan
kemudian dia mencoba untuk mengajaknya beberapa hari lagi. Akan tetapi setiap
kali si oma mengajak cucunya membaca Alkitab, si cucu terus menolak dengan
alasan membaca Alkitab hanya membuang-buang waktu saja.
Suatu malam, si oma berdoa
dan mohon hikmat pada Tuhan agar cucunya mau menuruti perkataannya untuk
membaca Alkitab. Si oma meminta Tuhan untuk memberikannya hikmat agar dia dapat
menjelaskan kepada cucunya.
Tibalah suatu hari, si oma
sedang duduk di kursi rodanya, sedang si cucu sedang membaca-baca buku tentang
kedokteran. Tiba-tiba terlintas di pikiran si oma sebuah ide untuk mengajak
cucunya mau membaca Alkitab. Lalu si oma memanggil cucunya, dan cucunya datang
menghampiri dia. “Ia, ada apa oma?”, tanya cucunya.
“Kamu sayang sama oma kan?”,
tanya si oma. “Sayang oma, kenapa?” tanya cucunya heran.
“Kalau kamu sayang sama oma,
berarti kamu mau kan menuruti perkataan oma?”, tanya si oma. “Mau oma, memang
ada apa?” tanya si cucu.
“Coba kamu ambilkan keranjang
bekas di atas lemari itu”, kata oma. “Oh itu, oke aku ambil ya oma” (si cucu
mengambilnya dari atas lemari). “Lalu diapakan keranjang ini oma? Ini kan
keranjang sudah tua dan berdebu?” tanya si cucu.
“Coba tolong kamu ambilkan
air di kamar mandi dengan menggunakan keranjang itu, lalu kasih ke oma airnya”
suruh si oma. Si cucu pun langsung bergegas ke kamar mandi dan mengambil air
dari bak. Setelah selesai airnya di ambil, si cucu langsung menghampiri omanya
dan berkata, “Oma, ini aku udah ambil air dari kamar mandi, tapi di jalan
menuju kesini airnya tumpah-tumpahan dan jadinya habis deh” Lalu kata si oma,”Kalau
gitu ambil lagi”
Si cucu pun heran dan mengira
si oma ini sudah pikun karena mana mungkin bisa airnya utuh dalam keranjang ini
sebab terdapat celah-celah untuk keluarnya air. Lalu si cucu belum menyerah,
dan kembali menyendok air dari bak dan bergegas cepat-cepat menuju omanya. Air
nya pun habis tumpah-tumpahan sebelum sampai pada omanya. Lalu si cucu berkata,”
Oma, lihatlah di lantai. Itu airnya sudah berserakan, mana bisa aku bawa air
pake keranjang?” Lalu kata si oma,” Kamu sayang oma kan nak? Cobalah lakukan
lagi”.
Si cucu pun mengulanginya
lagi, dan kali ini dia berlari menuju omanya. Namun semakin cepat dia berlari,
air yang tumpah semakin banyak. Lalu kesallah hati sang cucu dan berkata pada
omanya, “Oma, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa membawa air ke oma
menggunakan keranjang ini! Ini hanya buang-buang waktu saja!”
Tiba-tiba si oma terdiam.
Lalu dia berkata, “Cucuku yang kukasihi, seperti itulah halnya kamu membaca
Alkitab. Mungkin terlihat membuang-buang waktu. Tapi, lihatlah keranjang tua
itu. Sekarang menjadi bersih dan terlihat seperti keranjang baru. Seperti
itulah nak, membaca Alkitab tidaklah membuang waktumu, tapi itu dapat
membersihkan dirimu”. Si cucu pun termenung dan meneteskan air mata, sambil
berkata, “Aku sayang oma. Aku berjanji akan membaca Alkitab”.
.
.
.
.
.
Ada sebuah kisah mengenai
pengalamanku waktu SMA. Aku berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan
seorang pelayan Tuhan. Aku kenal dia beberapa bulan dan langsung menaruh hati
padanya. Singkat cerita, tibalah saatnya untuk perpisahan di sekolah menunggu
pengumuman kelulusan. Aku berikhtiar untuk menyatakan cintaku padanya melalui
sebuah surat. Aku pun lalu menuliskannya beberapa lembar surat tersebut dengan
puisi, ungkapan kagum, dan sebagainya. Aku sangat berharap dia membalas suratku
dan menyerahkannya langsung padaku di hari kelulusan, karena sudah kucantumkan
untuk membalasnya saat hari kelulusan.
Lalu aku menyuruh temanku
untuk memberikannya pada wanita itu.
Suatu ketika, tibalah saatnya
hari pengumuman kelulusan itu. Jantungku berdebar-debar saat itu, bukan sekedar
karena bakalan lulus apa nggak, tapi aku sangat berharap wanita itu datang
menghampiriku untuk menyerahkan balasan suratnya. Karena aku pribadi yakin
sudah pasti lah lulus lah wkwk.
Saat pengumuman kelulusan,
betapa sialnya aku, aku tidak melihat wanita itu ke sekolah. Yang lain mungkin
senang-senang, eh bro kita lulus yuhuyyy!!! Ayo lah kita coret-coret baju woy..
Lalu mereka hanya melihat wajahku yang agak sedikit berbeda, “kau kenapa bro?”,tanya
temanku padaku. Kok kelihatan gak happy kau? Kan kita lulus nih semua! Kapan
lagi kita merayakan kayak gini bro??” kata mereka mencoba menghiburku.
Lalu aku pun bertanya pada
mereka, “Eh si “doi” kemana sih? Kok gak datang ke sekolah?”.
“Ciee… jadi kau dari tadi
mikirin dia ya? Hahaha..” kata mereka mengejekku.
“Udahlah, kita senang-senang
aja dulu sekarang haha”, kata salah seorang temanku.
Singkat cerita, aku pun
merayakan kelulusan di sekolah dan pulang ke rumah dengan kondisi setengah
hati. Yah, apa boleh buat yang penting bersyukur Tuhan kasih aku lulus, dan soal
surat, mungkin wanita itu tidak suka padaku. Simple saja, aku tidak terlalu mau
ambil pusing dan aku makan-makan enak bersama keluargaku di rumah untuk
merayakan kelulusanku.
Singkat cerita,beberapa
minggu kemudian, aku pun ingin melanjutkan bimbingan belajar ke Jawa Barat
untuk mengikuti ujian tertulis SNMPTN. Oleh sebab itu, aku sudah mengepack
barang dan bergegas ke Bandara bersama keluargaku. Di bandara, teman-temanku
datang ingin menemaniku di saat-saat perpisahan dengan mereka. Kami pun
berfoto-foto dan saling salam-peluk, dan dari salah seorang teman yang kusuruh
titip surat ke wanita itu, dia menyisipkan 3 buah amplop surat padaku.
“Apa ini bro?” tanyaku. “Ini
balasan suratmu waktu itu, bro”.
Betapa terkejutnya aku, “Wahhh
sialan kau ya berminggu-minggu aku terbawa mimpi terus karena ini, ternyata
selama ini kau simpan??”
“Haha, kelupaan aku ternyata
ada di tas ku selama ini”
Aku pun seperti sedikit
antara senang dan greget liat kawanku satu ini. Singkat cerita aku pun
berangkat dan berpisah dengan mereka semua.
Selama dalam perjalanan di pesawat,
aku sangat penasaran dan sangat menanti-nantikan isi surat itu.
Sesampai di tempat abangku di
Jawa Barat, aku pun merapikan semua barang-barang di tasku dan setelah itu
membuka isi surat itu. Betapa senangnya hatiku melihat kata-katanya yang indah
penuh makna. Tiap malam aku mau tidur, aku selalu melihat-lihat isi surat itu
dan selalu membaca-baca puisi karyanya yang sangat indah. Betapa senangnya aku,
walau dia tidak berada di dekatku, namun hatiku selalu dekat padanya.
.
Dari sini dapat aku tarik
kesimpulan, mengapa aku begitu tergila-gila pada isi surat itu? Karena apa?
Itu karena orang yang
menulisnya adalah orang yang begitu aku kagumi dan cintai.
Sama halnya dengan Alkitab.
Adalah bohong pada faktanya apabila kita mengaku mencintai Tuhan kita, namun
masih enggan membaca Alkitab! Cinta tak cukup hanya kata-kata seperti itu,
cinta dan perasaan kagum amat mendalam dapat dilihat dari cara kita menanggapi
tulisan-Nya, kata-kata-Nya, dan Firman-Nya.
Tuhan Yesus memberkati. YA.
-
Dikutip dari
Khotbah Pdt. Andi Panggabean – Kunci Hidup yang Berlimpah –
Penulis,
Yosua Andreas
No comments:
Post a Comment