Monday 2 September 2019

Rhema Bapekkris: Profesionalisme

Tema: Profesionalisme

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)
Ayat ini memotivasiku untuk dapat bekerja lebih baik dan lebih baik lagi setiap harinya.
Namaku adalah Yosua, biasa orang memanggil dengan sebutan Jojo atau Josua. Aku adalah salah satu pegawai BTN yang ditempatkan di Kantor Cabang Depok. Aku mulai bekerja pada Bulan Oktober tahun 2017 dengan pangkat Senior Staff (Grade 11).  Di kantor inilah, kehidupanku yang sesungguhnya dimulai.

“Kamu dulunya jurusan apa, Josua?”, tanya Kepala Cabangku saat itu. Pada waktu itu adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di Kantor BTN Cabang Depok. Aku benar-benar gugup karena aku sendiri, tidak ada teman satu angkatanku yang ditempatkan di Depok. Lalu aku menjawab,”Saya dari jurusan Teknik Pertanian Pak, lulusan Sarjana Teknologi Pertanian Unpad”. Lantas ekpresi Kepala Cabang pada saat itu seperti terkejut karna buat apa seorang lulusan teknik pertanian mau kerja di bank. Akan tetapi aku meyakinkan Beliau bahwa apa yang aku pilih ini adalah pilihan yang tepat dan aku mau bekerja maksimal disini.

Aku lalu duduk menunggu untuk diumumkan di unit mana saja aku akan belajar selama sebulan. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya aku mendapatkan jadwal untuk OJT di tiap unit kerja. Beberapa unit kerja aku pelajari dan sebenarnya aku kesulitan untuk beradaptasi pada saat itu. Hal ini dikarenakan latar belakangku yang memang pekerja lapangan saat kuliah, namun tiba-tiba harus berhadapan dengan administrasi, kredit, nasabah, dan sebagainya. Lambat laun, perlahan aku belajar, selama sebulan aku sudah mengelilingi semua unit kerja yang berbeda-beda.

Setelah sebulan OJT, aku lalu ditempatkan di satu unit kerja yaitu Transaction Processing IT Unit. Aku sedikit kecewa pada saat itu karena aku sangat ingin menjadi analis, dimana itu sesuai dengan passionku sebagai anak teknik pertanian. Akan tetapi aku terima semua keputusan dengan ikhlas karena aku tahu Tuhan pasti sudah mempersiapkan yang terbaik untuk masa depanku.

Hari-hari yang kulalui di pekerjaanku tidaklah mudah. Aku bukan hanya kesulitan dalam melakukan pekerjaanku, tetapi aku juga sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarku. Lingkungan sekitarku sangatlah tidak mendukung pertumbuhanku pada saat itu. Aku seringkali bentrok dengan rekan kerjaku, apalagi pada saat itu posisiku adalah calon pegawai yang terus menerus ditempa dan ditekan agar memiliki mental yang kuat. Berbulan-bulan aku sempat kesulitan dan hampir membuatku menyerah dalam menghadapi tekanan di kantor. Namun, akhirnya aku berdoa kepada Tuhan agar aku diberi hikmat dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai masalah yang kualami.

Suatu hari, aku diperhadapkan pada situasi yang sangat menguji kesabaranku. Pada saat itu rekan kerjaku memusuhiku dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa mereka sekongkol untuk menjauhiku dan tidak mau membantu pekerjaanku. Hatiku sangat hancur pada saat itu mengingat aku tidak pernah merasa bersalah kepada mereka, kenapa mereka sampai seperti itu kepadaku? Berdoalah aku kepada Tuhan dan Tuhan memberiku hikmat seperti yang tertulis dalam firman. “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Pada saat itu juga aku sadar, bahwa aku bekerja untuk Tuhan bukan untuk manusia. Aku tidak akan peduli pada apa yang akan dilakukan orang lain kepadaku, karena aku yakini semua yang aku lakukan hanyalah untuk Tuhan Yesus.

Setelah hari itu berlalu, aku mulai merubah perlakuanku pada rekan kerjaku. Aku menerapkan prinsip seorang pelayan, seperti Yesus. “Barangsiapa yang ingin menjadi terkemuka  diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”, kata Yesus. Tuhan mengajariku untuk menjadi seorang staff yang profesional dalam artian tidak pernah menolak kerjaan, selalu terdepan, membantu sesama rekan kerja, dan menyelesaikan semua pekerjaan dengan sempurna. Hal itu aku praktekan setuap hari dan aku merasa ada perkembangan yang signifikan dalam pekerjaanku. Aku perlahan mulai menguasai semua pekerjaanku dengan baik. Rekan kerjaku juga lambat laun mulai akrab denganku dan selalu mengandalkanku pada saat mereka butuh bantuan.

Akhirnya setelah setahun bekerja, aku diangkat menjadi pegawai tetap tepat waktu. Aku juga mendapat berbagai promosi dalam kerjaan maupun diluar pekerjaanku. Jurusan teknik pertanian tidak menjadikan hambatan lagi karena aku sudah beradaptasi dengan baik di pekerjaanku saat ini.

Setelah kurenungkan, sangat luar biasa ayat Kolose 3:23 tersebut. Aku rasa sangat cocok untuk diterapkan bagi kita pekerja-pekerja Kristus yang ada di marketplace. Oleh sebab itu, saat mendirikan Bapekkris di Kantor Cabang Depok, aku menjadikan nats inilah yang utama dan menjadi visi anak-anak Tuhan di Kantor Cabang Depok agar menjadi pekerja yang profesional. Amin.
Tuhan Yesus memberkati.

Saturday 5 November 2016

Ahok, Menistakan Agama atau Tidak?

       Akhir September 2016, publik digemparkan oleh video Ahok di Kepulauan Seribu yang dianggap menistakan Al-Quran. Saat itu, Ahok sedang kunjungan ke Pulau Pramuka, Kep. Seribu untuk menyampaikan pidato dan gagasan mengenai pembangunan di Pulau tersebut. Namun, selang beberapa waktu kemudian, tiba-tiba munculah berita dari media sosial mengenai pernyataan Ahok saat menyebutkan Surat Alamidah 51, dimana pernyataan beliau dianggap menistakan Al-Quran. Hal ini pun kemudian menjadi viral dimana-mana dan menimbulkan kegaduhan antar bangsa dan bernegara.
          Awal mulanya, keadaan baik-baik saja setelah kunjungan Ahok ke Kepulauan Seribu tersebut. Baik media televisi maupun wartawan-wartawan lain yang berada di lokasi tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun, yang memicu awal kekisruhan adalah saat akun facebook bernama Buni Yani yang kemudian menyebarkan potongan video tersebut bukan dalam versi aslinya. Versi yang disebarkan oleh Buni Yani merupakan potongan video Ahok saat mengucapkan Surat Almaidah 51 tersebut, namun ada kata yang dihilangkan oleh beliau. Dalam versi asli video Ahok, beliau menyebutkan seperti berikut, “Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak Ibu gak bisa milih saya, ya kan dibohongi “pake” Surat Almaidah 51 macem-macem itu. Itu hak Bapak Ibu”. Namun, dalam versi editan Buni Yani, beliau menghilangkan kata “pake” dalam rekaman video tersebut. Tentu hal ini membuat makna pernyataan tersebut menjadi berbeda.
          Cobalah dengan hati yang tenang dan pikiran yang damai, kita menanggapi maksud pernyataan Ahok. Apabila kita memahami baik-baik maksud perkataan tersebut, kita sama sekali tidak melihat ada unsur penistaan Al-Quran yang dilakukan oleh beliau. Disana jelas, terdapat kata “pake” atau dalam kata bakunya “memakai”, artinya adalah Bapak Ibu jangan mau dibohongi oleh segelintir orang-orang yang memakai Surat Almaidah 51 untuk menjadi alasan tidak memilih Ahok. Lalu, apabila saya bertanya, berarti yang salah dalam pernyataan itu, apakah segelintir orang yang memakai Surat tersebut atau Surat itu sendiri?
Saya kasih contoh yang serupa dengan hal tersebut. Yanto dibohongi pake surat panggilan tersebut. Lalu, apabila saya bertanya, berarti yang berbohong siapa? Yang membohongi Yanto atau surat panggilannya? Beda konteksnya apabila kata “pake” saya hilangkan. Maknanya menjadi Yanto dibohongi oleh surat panggilan tersebut, karena surat tersebut palsu! Cobalah untuk disimak baik-baik.
           Jelas hal ini kemudian disalah-tafsirkan oleh berbagai kalangan. Apalagi karena akun facebook Buni Yani tersebut yang menyebarkan potongan video yang sudah diedit dari versi aslinya. Tentu hal ini membuat gaduh antar umat beragama dalam bangsa ini. Beberapa kalangan mulai memperdebatkan hal ini dan satu per satu mulai angkat bicara. Mulai dari ulama-ulama, politisi, pejabat-pejabat negara, sampai masyarakat kecil. Beberapa ulama bahkan menganggap Ahok telah menistakan Al-Quran melalui pernyataannya tersebut. Sudah banyak bersebaran video-video sumpah serapah yang ditujukan oleh Ahok karena telah dianggap melecehkan Islam dan Al-Quran. Bahkan, mereka semua sudah sepakat untuk mengadakan demo besar-besaran pada tanggal 4 November 2016 di Jakarta dan daerah lainnya untuk menuntut Ahok supaya dibawa ke jalur hukum.
        Mengenai hal tersebut, Ahok pun meminta maaf atas pernyataannya tersebut yang telah membuat gaduh antar umat beragama. Dalam pernyataannya, Ahok mengatakan bahwa tidak ada maksud sama sekali untuk melecehkan Islam atau Al-Quran. Beliau bahkan sudah pernah sekolah Islam selama 9 tahun, mulai dari SD sampai SMP. Selain itu, pembangunan mesjid-mesjid juga dilakukan oleh Beliau dengan baik dan tepat. Sekolah-sekolah Madrasah juga dibantu dengan menggunakan KJP dan mengizinkan pembangunan sekolah-sekolah Islam. Ahok pun memohon kepada rakyat maupun semua umat Islam untuk tidak perlu melanjutkan masalah ini lagi, karena masalah beragama adalah urusan pribadi kita pada Tuhan, bukan untuk dibawa ke publik. Lalu, apakah masalah ini selesai begitu saja? Dan rakyat menerima permintaan maaf Ahok? Ternyata tidak. Kalangan tertentu seperti MUI dan ormas-ormas lainnya (salah satunya FPI) menuntut agar masalah Ahok segera diproses melalui jalur hukum.
       Tepat tanggal 4 November 2016 kemarin, aksi demo pun dilakukan besar-besaran untuk menuntut pemerintah agar mengadili Ahok melalui proses hukum. Massa yang sangat banyak jumlahnya ini datang dari berbagai daerah, seperti dari Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan lain-lain. Massa ini terdiri dari berbagai ormas-ormas Islam di seluruh Indonesia, salah satunya ormas yang sering membuat ricuh, yaitu FPI. Massa ini menyebut gerakan yang mereka lakukan sebagai “Aksi Damai”. Aparat kepolisian pun berjaga di sekitar lokasi unjuk rasa tersebut. Ada ribuan personil gabungan TNI dan Polri yang mengamankan daerah tersebut, dikarenakan massa yang berdemo juga berjumlah ribuan lebih banyaknya. Mereka melakukan aksi demonya setelah sholat Jumat di Mesjid Istiqlal, kemudian ke Balai Kota, dan ke Istana Negara.
       Unjuk rasa tersebut, sebelumnya telah disepakati untuk diakhiri pada pukul 18.00 WIB. Dari awal unjuk rasa, terlihat para ulama dan pemimpin demo mampu mengendalikan situasi sehingga demo berjalan dengan damai. Namun, kejadian yang tidak diinginkan terjadi setelah sebagian pendemo tidak mau membubarkan diri saat waktu sudah menunjukkan lewat pukul 18.00. Aksi pun mulai ricuh dan kepolisian sudah bersiaga untuk menghadang pendemo agar tidak merusak fasilitas umum. Sebagian pendemo tersebut membawa tongkat dan melempari botol-botol ke arah polisi. Kejadian pun mulai menjadi panas dan tidak karuan. Aksi damai yang dijanjikan berakhir dengan ricuh. Bahkan mobil-mobil dibakar oleh massa tersebut sehingga menimbulkan kobaran api yang begitu besar. Sambil meneriakkan “Allahuakbar”, mereka merusak fasilitas-fasilitas yang ada dan melempari polisi dengan botol dan batu.
      Mari kita kembali lagi pada awal cerita. Apa yang menyebabkan ini semua? Apakah karena pernyataan Ahok yang disalah-tafsirkan atau ini akal-akalan para pembenci Ahok atau malah karena ada unsur politik untuk menjatuhkan Ahok supaya tidak mengikuti Pilkada DKI nanti? Saya terus bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Karena setelah saya menonton versi full dari video Ahok itu 1 hari setelah di upload, saya tidak menemukan unsur penistaan agama yang dilakukan oleh beliau. Saya justru kaget melihat komentar-komentar dan berita yang heboh di media sosial setelah selang beberapa hari. Lalu saya menelisik lebih dalam, apakah benar orang seperti Ahok tega menistakan agama Islam?
          Lalu, setelah saya bertanya-tanya dalam hati, saya justru melihat hal yang membuat saya sangat heran dimana Ahok akan diadili oleh karena kasus tersebut. Saya pun bertanya kepada Tuhan, siapakah Tuhan yang berhak mengadili kasus tersebut? Apakah para ulama, pemuka agama, politisi yang berhak menghakimi dan mengadili kasus seperti ini? Bukankah Engkau, ya Tuhan yang seharusnya bertindak untuk mengadilinya? Karena soal Kitab Suci adalah Engkau sendiri yang menuliskannya, bukan para ulama dan pemuka agama lainnya. Lalu mengapa mereka yang marah? Mengapa mereka yang menghakimi? Apakah hak mereka untuk mengadili sesuatu yang seharusnya adalah bagian-Mu?
           Saya sangat tidak nyaman dengan reaksi yang dilakukan oleh pemuka agama tersebut, padahal Ahok secara terang-terangan sudah meminta maaf. Saya percaya dalam ajaran Islam pasti mengenal apa itu mengasihi dan mengampuni. Tidak mungkin ada ajaran agama, apalagi yang percaya kepada Tuhan, yang tidak mengajarkan tentang mengasihi. Saya percaya sepenuhnya ajaran Islam adalah mengajarkan kebaikan dan kedamaian. Tetapi karena ada beberapa oknum yang berusaha memanas-manasi, sehingga membuat umat Islam lainnya ikut terpancing. Apalagi ditambah situasi unjuk rasa yang berakhir ricuh seperti itu. Jujur, saya sangat sedih melihat mereka yang mengatakan “Ahok” adalah kafir, namun mereka sendiri yang berlaku seperti orang kafir, penuh dendam, dan kebencian. Lihat saja, ormas yang berteriak-teriak “Allahuakbar” namun merusak fasilitas umum. Lihat saja mereka yang sehabis melakukan sholat malah membuat kerusuhan, tetapi mengatakan orang lain kafir. Sungguh sangat keji perbuatan mereka yang seperti itu. Saya percaya sekali lagi, agama seperti Islam tidak mungkin mengajarkan untuk berbuat rusuh seperti itu. Oleh sebab itu, saya mohon kepada seluruh rakyat Indonesia untuk berpikir cerdas dalam menanggapi kasus ini. Karena negara ini adalah negara kesatuan, tidak dapat dipecah-belah oleh isu agama seperti ini.
        Kemudian, saya lanjutkan dengan pertanyaan saya tadi. Apa yang menyebabkan ini semua? Apakah mungkin karena oknum-oknum yang menyalahgunakan Surat Almaidah 51 itu memiliki suara yang kuat sehingga menimbulkan kericuhan seperti ini? Saya ajak lagi rakyat Indonesia, terutama umat Islam untuk memahami maksud Surat tersebut. Mungkin pengetahuan saya tentang kitab Islam tidak luas, namun saya yakin Allah memiliki maksud terbaik buat anak-anakNya atau hamba-hamba-Nya. Tidak mungkin Allah melarang seorang yang kelakuannya bersih, jujur, berani, tegas, dan penuh kebaikan untuk memimpin negeri ini, dibandingkan seorang yang jiwanya korupsi? Apakah kemudian saat Allah tahu ternyata “pemimpin yang kafir” lah yang terpilih, padahal kelakuannya bersih dan jujur, lalu Ia melarang hambaNya untuk mengangkat dia sebagai pemimpin mereka? Serendah itukah Allah? Sejahat itukah Allah sehingga Ia membeda-bedakan hamba mana yang layak memimpin bangsanya? Bukankah “orang kafir” itu juga ciptaan-Nya? Bukankah “orang kafir” itu juga hidup seturut kehendak-Nya dan mematuhi seluruh perintah-Nya? Oleh karena itu, apalah daya kita manusia untuk memahami perkataan Allah? Apalah kemampuan kita untuk menafsirkan maksud-Nya dalam Surat Almaidah 51 itu? Hanya satu kalimat saja jawabannya, Allah tidak sejahat itu! Dia bukan Allah yang membeda-bedakan hamba-Nya. Bahkan orang yang berbuat najis di hadapan-Nya saja masih bisa diberi waktu untuk bertobat! Lantas, mengapa Ia tidak menghalalkan “orang kafir” yang berbuat kebaikan dan menuruti perintah-Nya selalu?
Selain itu, apakah kita semua berkenan di mata-Nya? Bukankah kita semua adalah manusia yang berdosa? Kandungan lemak babi 0,01 % pun adalah najis untuk dimakan atau 1 buah telor busuk dicampurkan ke dalam 10 buah telor bagus tetap najis untuk dimakan, masakan kita umat manusia yang sudah berdosa sejak lahir tidak najis di hadapan-Nya? Sama saja semuanya! Kita semua adalah najis di hadapan Allah! Lantas, berhak kah kita menilai orang lain kafir dan tak pantas menjadi pemimpin? Saya sangat percaya Al-Quran dan kitab lainnya tidak salah, hanya kita yang salah menafsirkannya!
         Oleh sebab itulah, saya sangat merenungkan ini. Saya adalah orang yang sangat mendukung Pak Ahok. Bukan karena beliau Kristen, tetapi karena beliau hidup taat pada Tuhan, berbuat kebaikan, jujur, tegas, dan ramah terhadap sesama! Saya tidak melihat hal itu ada dalam diri pejabat-pejabat publik lainnya! Sangat sulit untuk menemukan orang seperti beliau. Berjiwa nasionalis dan merakyat, bagaikan pemimpin sejati. Oleh sebab itu, saya sangat menyesalkan kejadian ini pada beliau. Saya berharap, semoga penegak hukum berlaku seadil-adilnya dalam menyatukan bangsa ini. Saya harap juga mata setiap kita mulai terbuka untuk bisa membedakan mana yang hitam dan putih. Jangan mau dihasut oleh oknum-oknum yang memang tujuannya untuk memecah belah bangsa ini! Berpikirlah cerdas dan bijaksana! Tuhan memberkati. (YA)


Saya menuliskan ini agar suatu saat orang dapat melihat dan memahami kasus yang sebenarnya terjadi. Bahkan ratusan tahun kemudian pun, orang masih dapat membacanya.

Video Ahok di Kepulauan Seribu :

Video Ahok soal pernyataannya yang dianggap menistakan agama :

Video Ahok meminta maaf karena telah menimbulkan kegaduhan :

Pernyataan maaf Buni Yani karena mengedit video Ahok :

Monday 25 July 2016

Baptis Selam atau Baptis Percik? Bagaimana keselamatan yang dari Tuhan?


Pernah suatu kali saya menemukan dua orang yang saling beradu argumen, yang satu berkata ,”Eh, di gereja aku tuh ya dimana-mana dibaptis itu pake baptis percik”. Yang lain berkata,”Ya terus? Masalah buat gue? Emang kenapa?”.
Jawab yang satu lagi,”Ya gapapa. Aku tuh heran aja ya kok di gereja kamu waktu itu pake baptis selam-selam gitu sih? Emangnya teh di celup-celup?”.
Yang satu lagi membantah,” Eh enak aja lo. Lo dipercik-percik! Emangnya kembang di percik-percik?”
Lalu keduanya saling beradu pendapat, masing-masing mempertahankan pendapatnya sesuai ketetapan di gerejanya. Yang satu berkata bahwa baptis percik lah yang benar, sebab dengan dipatis percik maka niscaya kita bisa masuk Sorga. Yang lainnya tidak terima dan berkata bahwa dengan dibaptis selam lah kita bisa masuk Sorga.

Untuk membahas ini, pertama-tama kita mengenal dulu apa itu baptis. Baptis berasal dari bahasa Yunani, yaitu bapto yang artinya masuk ke dalam air. Nah, lalu apakah dengan ini berarti baptis selam kah yang benar? Lalu bagaimana dengan yang baptis percik? Apakah mereka tidak bisa diterima di Kerajaan Sorga?

Sebelum itu, kita maju lagi untuk mengenal apa itu fungsi baptis. Mari kita buka Alkitab kita di Kitab Yohanes 3:5. Yohanes 3 adalah mengenai percakapan Yesus dengan seorang Farisi yang bernama Nikodemus. Dalam ayatnya yang ke 5 berkata,” Jawab Yesus : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Nah loh, Yesus sendiri berkata demikian. Lalu apakah itu artinya apabila kita tidak dibaptis maka kita tidak bisa masuk Kerajaan Allah?

Mari kita buka kembali kitab Lukas 23:39-43 mengenai dua orang yang disalibkan bersama Yesus. Dalam ayatnya yang ke 39-43 berkata, Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."
Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Dalam ayat itu diceritakan mengenai 2 orang yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Yang satu menghujat Yesus, sedangkan yang satu lagi menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Lalu secara langsung tanpa pikir panjang Yesus berkata, “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”.
Adakah dikatakan dalam ayat tersebut kemudian Yesus berkata,” sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada…. Eh bro, maaf nih, kau udah dibaptis belum?
Lalu jawab orang tersebut,”Jangankan dibaptis Tuhan, ayah saya saja seorang penjudi, ibu saya seorang pelacur, dan saya sendiri seorang pembunuh. Gimana mau dibaptis” (Haha kan enggak).
Atau ada yang lebih ekstrem lagi. Lalu Yesus berkata, “Eh bro, btw kau baptis apa? Baptis selam atau baptis percik?”
“Baptis percik, Tuhan”, kata orang tersebut. Lalu Yesus menjawab,”Wah maaf nih bro, kau harus dibaptis selam supaya bisa bersama-sama Aku di Sorga”.
“Apa itu Tuhan? Yaudah Tuhan, turunkan aku dengan Kuasa-Mu agar aku diselam ke air sekarang juga!”
(He-he-he kan enggak begitu).

Dari situ kita dapat menarik kesimpulan, bahwa baptisan tidaklah menyelamatkan. Yang menyelamatkan hanya? Hanya YESUS.
Lalu apa maksud perkataan Yesus dalam Yohanes 3:5 tersebut?
Sering orang mensalahartikan ayat tersebut dan kemudian menarik kesimpulan bahwa baptisan lah yang dapat menyelamatkan.
Tapi, mari kita buka di ayat 6 nya. Ayat 6 nya berkata,” Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”.
Saya akan membongkar sedikit mengenai ayat ini yang telah saya terima dari pendeta saya. Dalam bahasa Yunaninya, daging itu adalah sarx, yang artinya tubuh manusia atau tubuh jasmani kita. Sedangkan Roh dalam terjemahan asli Yunaninya adalah Pneu’ma yang berarti “Tubuh Roh” (Roh huruf besar yang berarti Roh Kudus).
Lalu apa itu maksud air dalam ayat ke-5??
Air dalam bahasa Yunani adalah aqua. Sedangkan dalam terjemahan aslinya dalam Kitab Yohanes tersebut, kata”air” dalam bahasa Yunaninya bukanlah aqua, melainkan “hudos”.
Lalu apa itu hudos?  
Apabila seorang ibu sedang mengandung, dalam rahimnya dikelilingi oleh air. Air apakah itu? Iya benar. Air ketuban. Itulah yang dimaksudkan dalam Yohanes 3:5. Bukanlah air aqua yang dimaksudkan, melainkan hudos yang berarti air ketuban.
Disini Yesus mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, seseorang harus dilahirkan kembali dalam “air ketuban” dan dalam “Tubuh Roh”.
Berarti ayat ini mengatakan dengan jelas bukanlah mengenai baptisan, melainkan mengenai “kelahiran kembali”.

Lalu, apa itu “Tubuh Roh” yang dimaksudkan Yesus?
Manusia dilahirkan sudah memiliki 3, yaitu tubuh, jiwa, dan Roh. Lalu pertanyaannya, kemana “Tubuh Roh” tersebut?
Saat Adam dan Hawa dilahirkan ke dunia, apakah sudah memiliki Tubuh Roh? Jawabannya sudah. Lalu kemana Tubuh Roh tersebut?
Dalam Kejadian 3 ayat 3 dikatakan Allah jelas bahwa “Janganlah kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati”. Lalu kejadiannya berlanjut, dan Adam bersama Hawa memakan buah itu. Pertanyaannya, apakah mereka mati pada saat itu juga?? Jawabannya Tidak! Lalu apa maksud Allah mengatakan bahwa mereka akan mati? Apakah Allah salah?
ALLAH TIDAK PERNAH SALAH.
Lalu apa yang dimaksud mati oleh Allah? Itulah “Tubuh Roh” ! Oleh karena dosa Adam dan Hawa, Tubuh Roh kita sudah mati sejak dilahirkan!

Pertanyaan lagi, saat kita mati, tubuh kita ini masuk kemana? Masuk ke tanah (kuburan). Nah, yang masuk ke Sorga apa dong? Itulah “Tubuh Roh”!
Bagaimana kita bisa memiliki Tubuh Roh tersebut? Ya tentunya harus dilahirkan kembali. Apakah ada seseorang di dunia ini yang tidak pernah lahir? Tidak.
Bagaimana cara kita dilahrikan kembali oleh Roh tersebut?
Mari buka kitab Kisah Rasul 2:38, Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Itulah tahapan-tahapannya. Maka kita harus “bertobat” dan “hendaklah memberi diri” dibaptis untuk menerima karunia Roh Kudus. 

Satu-satunya cara untuk menerima keselamatan adalah “bertobat dan menerima Yesus!” Lalu apa fungsi baptisan tersebut?
Saya kasih contoh saat kita mengambil studi di sebuah perguruan tinggi pasti kita akan mengalami apa yang dinamakan dengan wisuda. Saat seseorang sudah menyelesaikan semua SKS yang disyaratkan dan sudah menyelesaikan skripsinya dan sidang akhir, maka orang tersebut dinyatakan Lulus!
Lalu apabila suatu ketika, tiba-tiba di hari mau wisuda nya orang tersebut sakit demam berdarah dan harus di opname di rumah sakit sehingga tidak bisa mengikuti wisuda. Apakah gelar kelulusannya dicabut? Tidak! Karena dia sudah dinyatakan lulus dan siap melamar kerja dimanapun!
Sama halnya dengan baptis, itu hanya menyimbolkan bahwa kita sudah “lulus” atau sudah bertobat dan bebas dari dosa-dosa lama kita. Dengan artian tanpa dibaptis pun sebenarnya kita tetap dapat diterima di Kerajaan Allah!!
Jadi, baptis hanya simbol untuk menyatakan pertobatan kita dan mengubur dosa-dosa masa lalu kita. Haleluya!
.
.
Lalu ada seorang saudara yang berkata, “Kalau begitu kita selama di dunia ini ya senang-senang aja bro! Kan gampang ntar kayak orang yang disalib disebelah Yesus itu, tinggal serahin diri bertobat dan terima Yesus aja!”
Oh tidak saudara. Kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil. Matius 24:42-44 berkata, “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.   Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri  akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."
Bisa saja kita tidak seberuntung orang yang disalib bersama Yesus tersebut. Bisa saja kita meninggal secara langsung tanpa bisa berbicara lagi. Sebab kita tidak tahu kapan waktuNya akan tiba.

Ada seorang saudara lagi yang berkata,”Wey bro. Aku ini kan pelayan Tuhan nih, rajin Gereja, berdoa, saat teduh, pelayanan. Berarti aku bakalan dapat upah yang lebih besar dong di Sorga! Ketimbang kawan-kawanku yang gak pernah gereja, apalagi saat teduh.” Lalu Tuhan berkata dari Sorga,”Terus? Gue musti koprol gitu?” (haha kan enggak).
Jelas sekali Yesus memberikan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur dalam Matius 20 (Buka Alkitab).
Disini diceritakan mengenai orang-orang upahan yang bekerja di kebun anggur. Ada yang bekerja dari pukul 9 pagi, 12 siang, 3 sore, dan pukul 5 sore. Dan masing-masing sepakat menerima upahan 1 dinar. Lalu tibalah saatnya malam hari, dan mandurnya masing-masing memberi mereka upahan 1 dinar. Maka terkejutlah pekerja yang sudah bekerja sejak pagi melihat pekerja yang bekerja mulai sore memiliki upah yang sama dengan dia. Maka pekerja tersebut tidak terima dan bersungut-sungut kepada tuannya, maka tuannya itu menjawab
“Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?
Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu.
Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati?
Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir."

Oleh sebab itu, hendaklah kita jangan bermegah diri karena kita adalah pelayan Tuhan dan sangat dekat pada Tuhan. Sebab upahan kita semua adalah sama. Justru tanggungan pada pengikut Tuhan-lah yang sangat berat. Oleh sebab itu kita tidak boleh menyerah, karena tugas kita adalah menjadikan bangsa muridNya seperti yang diamanatkan pada kita.
Dan dari mulai sekarang bertobatlah dan terima Yesus dalam kehidupan kita, karena kita tidak tahu sampai kapan usia kita.
Tuhan Yesus memberkati.

-          Dikutip sebagian dari intisari khotbah Pdt. Andi Panggabean mengenai Baptis -



Sunday 24 July 2016

Membaca Alkitab Buang-buang Waktu?

Ada sebuah cerita mengenai seorang oma dan cucunya yang sangat disayangi. Si cucu ini memiliki cita-cita ingin menjadi dokter. Ia sangat berambisi untuk menjadi seorang dokter yang hebat.
Suatu ketika, si oma menyuruh cucunya tersebut untuk membaca sebuah buku, yang bernama Alkitab!
Namun, si cucu menolak permintaan oma nya tersebut dan berkata,” Oma, aku kan ingin menjadi dokter! Untuk apa aku membaca Alkitab? Itu hanya membuang-buang waktuku saja!”
Si oma hanya diam, dan kemudian dia mencoba untuk mengajaknya beberapa hari lagi. Akan tetapi setiap kali si oma mengajak cucunya membaca Alkitab, si cucu terus menolak dengan alasan membaca Alkitab hanya membuang-buang waktu saja.
Suatu malam, si oma berdoa dan mohon hikmat pada Tuhan agar cucunya mau menuruti perkataannya untuk membaca Alkitab. Si oma meminta Tuhan untuk memberikannya hikmat agar dia dapat menjelaskan kepada cucunya.
Tibalah suatu hari, si oma sedang duduk di kursi rodanya, sedang si cucu sedang membaca-baca buku tentang kedokteran. Tiba-tiba terlintas di pikiran si oma sebuah ide untuk mengajak cucunya mau membaca Alkitab. Lalu si oma memanggil cucunya, dan cucunya datang menghampiri dia. “Ia, ada apa oma?”, tanya cucunya.
“Kamu sayang sama oma kan?”, tanya si oma. “Sayang oma, kenapa?” tanya cucunya heran.
“Kalau kamu sayang sama oma, berarti kamu mau kan menuruti perkataan oma?”, tanya si oma. “Mau oma, memang ada apa?” tanya si cucu.
“Coba kamu ambilkan keranjang bekas di atas lemari itu”, kata oma. “Oh itu, oke aku ambil ya oma” (si cucu mengambilnya dari atas lemari). “Lalu diapakan keranjang ini oma? Ini kan keranjang sudah tua dan berdebu?” tanya si cucu.
“Coba tolong kamu ambilkan air di kamar mandi dengan menggunakan keranjang itu, lalu kasih ke oma airnya” suruh si oma. Si cucu pun langsung bergegas ke kamar mandi dan mengambil air dari bak. Setelah selesai airnya di ambil, si cucu langsung menghampiri omanya dan berkata, “Oma, ini aku udah ambil air dari kamar mandi, tapi di jalan menuju kesini airnya tumpah-tumpahan dan jadinya habis deh” Lalu kata si oma,”Kalau gitu ambil lagi”
Si cucu pun heran dan mengira si oma ini sudah pikun karena mana mungkin bisa airnya utuh dalam keranjang ini sebab terdapat celah-celah untuk keluarnya air. Lalu si cucu belum menyerah, dan kembali menyendok air dari bak dan bergegas cepat-cepat menuju omanya. Air nya pun habis tumpah-tumpahan sebelum sampai pada omanya. Lalu si cucu berkata,” Oma, lihatlah di lantai. Itu airnya sudah berserakan, mana bisa aku bawa air pake keranjang?” Lalu kata si oma,” Kamu sayang oma kan nak? Cobalah lakukan lagi”.
Si cucu pun mengulanginya lagi, dan kali ini dia berlari menuju omanya. Namun semakin cepat dia berlari, air yang tumpah semakin banyak. Lalu kesallah hati sang cucu dan berkata pada omanya, “Oma, sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa membawa air ke oma menggunakan keranjang ini! Ini hanya buang-buang waktu saja!”
Tiba-tiba si oma terdiam. Lalu dia berkata, “Cucuku yang kukasihi, seperti itulah halnya kamu membaca Alkitab. Mungkin terlihat membuang-buang waktu. Tapi, lihatlah keranjang tua itu. Sekarang menjadi bersih dan terlihat seperti keranjang baru. Seperti itulah nak, membaca Alkitab tidaklah membuang waktumu, tapi itu dapat membersihkan dirimu”. Si cucu pun termenung dan meneteskan air mata, sambil berkata, “Aku sayang oma. Aku berjanji akan membaca Alkitab”.
.
.
.
.
.

Ada sebuah kisah mengenai pengalamanku waktu SMA. Aku berkenalan dengan seorang wanita yang cantik dan seorang pelayan Tuhan. Aku kenal dia beberapa bulan dan langsung menaruh hati padanya. Singkat cerita, tibalah saatnya untuk perpisahan di sekolah menunggu pengumuman kelulusan. Aku berikhtiar untuk menyatakan cintaku padanya melalui sebuah surat. Aku pun lalu menuliskannya beberapa lembar surat tersebut dengan puisi, ungkapan kagum, dan sebagainya. Aku sangat berharap dia membalas suratku dan menyerahkannya langsung padaku di hari kelulusan, karena sudah kucantumkan untuk membalasnya saat hari kelulusan.
Lalu aku menyuruh temanku untuk memberikannya pada wanita itu.
Suatu ketika, tibalah saatnya hari pengumuman kelulusan itu. Jantungku berdebar-debar saat itu, bukan sekedar karena bakalan lulus apa nggak, tapi aku sangat berharap wanita itu datang menghampiriku untuk menyerahkan balasan suratnya. Karena aku pribadi yakin sudah pasti lah lulus lah wkwk.
Saat pengumuman kelulusan, betapa sialnya aku, aku tidak melihat wanita itu ke sekolah. Yang lain mungkin senang-senang, eh bro kita lulus yuhuyyy!!! Ayo lah kita coret-coret baju woy.. Lalu mereka hanya melihat wajahku yang agak sedikit berbeda, “kau kenapa bro?”,tanya temanku padaku. Kok kelihatan gak happy kau? Kan kita lulus nih semua! Kapan lagi kita merayakan kayak gini bro??” kata mereka mencoba menghiburku.
Lalu aku pun bertanya pada mereka, “Eh si “doi” kemana sih? Kok gak datang ke sekolah?”.
“Ciee… jadi kau dari tadi mikirin dia ya? Hahaha..” kata mereka mengejekku.
“Udahlah, kita senang-senang aja dulu sekarang haha”, kata salah seorang temanku.
Singkat cerita, aku pun merayakan kelulusan di sekolah dan pulang ke rumah dengan kondisi setengah hati. Yah, apa boleh buat yang penting bersyukur Tuhan kasih aku lulus, dan soal surat, mungkin wanita itu tidak suka padaku. Simple saja, aku tidak terlalu mau ambil pusing dan aku makan-makan enak bersama keluargaku di rumah untuk merayakan kelulusanku.
Singkat cerita,beberapa minggu kemudian, aku pun ingin melanjutkan bimbingan belajar ke Jawa Barat untuk mengikuti ujian tertulis SNMPTN. Oleh sebab itu, aku sudah mengepack barang dan bergegas ke Bandara bersama keluargaku. Di bandara, teman-temanku datang ingin menemaniku di saat-saat perpisahan dengan mereka. Kami pun berfoto-foto dan saling salam-peluk, dan dari salah seorang teman yang kusuruh titip surat ke wanita itu, dia menyisipkan 3 buah amplop surat padaku.
“Apa ini bro?” tanyaku. “Ini balasan suratmu waktu itu, bro”.
Betapa terkejutnya aku, “Wahhh sialan kau ya berminggu-minggu aku terbawa mimpi terus karena ini, ternyata selama ini kau simpan??”
“Haha, kelupaan aku ternyata ada di tas ku selama ini”
Aku pun seperti sedikit antara senang dan greget liat kawanku satu ini. Singkat cerita aku pun berangkat dan berpisah dengan mereka semua.
Selama dalam perjalanan di pesawat, aku sangat penasaran dan sangat menanti-nantikan isi surat itu.
Sesampai di tempat abangku di Jawa Barat, aku pun merapikan semua barang-barang di tasku dan setelah itu membuka isi surat itu. Betapa senangnya hatiku melihat kata-katanya yang indah penuh makna. Tiap malam aku mau tidur, aku selalu melihat-lihat isi surat itu dan selalu membaca-baca puisi karyanya yang sangat indah. Betapa senangnya aku, walau dia tidak berada di dekatku, namun hatiku selalu dekat padanya.
.
Dari sini dapat aku tarik kesimpulan, mengapa aku begitu tergila-gila pada isi surat itu? Karena apa?
Itu karena orang yang menulisnya adalah orang yang begitu aku kagumi dan cintai.
Sama halnya dengan Alkitab. Adalah bohong pada faktanya apabila kita mengaku mencintai Tuhan kita, namun masih enggan membaca Alkitab! Cinta tak cukup hanya kata-kata seperti itu, cinta dan perasaan kagum amat mendalam dapat dilihat dari cara kita menanggapi tulisan-Nya, kata-kata-Nya, dan Firman-Nya.
Tuhan Yesus memberkati. YA.

-          Dikutip dari Khotbah Pdt. Andi Panggabean – Kunci Hidup yang Berlimpah –

Penulis,


Yosua Andreas